Danau Jalan Pahangen Baun Bango |
S
|
epanjang jalan dari arah Kereng Pangi
menuju Baun Bango, tidak banyak permukiman penduduk yang kami temui. Hanya ada
beberapa warung, yang mungkin berfungsi sebagai “rest area”. Semakin dekat
menuju Baun Bango, kami menemukan permukiman transmigrasi. Beberapa Km setelah
permukiman transmigrasi, kondisi jalan kemudian mulai membaik. Ternyata, kami
mulai memasuki pusat kecamatan Kamipang. Lahan terbangun yang pertama ditemui
adalah pusat perkantoran, yang pada saat kami kesana, perkantoran tersebut belum
ditempati. Kemudian, semakin ke dalam mulailah ditemui banyak perumahan
penduduk yang berjejer sepanjang jalan. Inilah Desa Baun Bango, sebagai ibukota
Kecamatan Kamipang. Dan desa ini, adalah desa terakhir yang terdapat jaringan
jalan darat. Untuk menuju desa-desa yang terletak di hilir, harus menggunakan
alat transportasi sungai, yaitu perahu kelotok atau perahu ces (perahu kayu
yang bermesin).
Sebagai ibukota kecamatan, pusat
pelayanan berada di Baun Bango. Selain kantor kecamatan, terdapat kantor polisi,
kantor koramil dan puskesmas rawat inap. Fasilitas pendidikan mulai dari SD,
SMP dan SMK. Fasilitas perekonomian selain warung yang tersebar diantara rumah
penduduk, terdapat satu unit pasar yang hanya beroperasi pada hari sabtu sore
sampai malam minggu.
Beruntung saya bisa menyaksikan hiruk pikuk “pusat perbelanjaan” ala desa tersebut. Sejak sore masyarakat tua dan muda berbondong-bondong menuju pasar. Seperti halnya masyarakat kota yang harus ‘gaya’ menuju mal, masyarakat disana terutama anak-anak remaja juga ‘bergaya’ menuju pasar. Jenis barang yang dijual mulai dari sayur mayur, peralatan rumah tangga, baju, mainan anak-anak dan juga makanan. Ibu-ibu biasa berbelanja untuk stok satu minggu. Selain penduduk Baun Bango, pasar juga dipenuhi oleh para pekerja pabrik sawit yang berada di sekitar Baun Bango.
Beruntung saya bisa menyaksikan hiruk pikuk “pusat perbelanjaan” ala desa tersebut. Sejak sore masyarakat tua dan muda berbondong-bondong menuju pasar. Seperti halnya masyarakat kota yang harus ‘gaya’ menuju mal, masyarakat disana terutama anak-anak remaja juga ‘bergaya’ menuju pasar. Jenis barang yang dijual mulai dari sayur mayur, peralatan rumah tangga, baju, mainan anak-anak dan juga makanan. Ibu-ibu biasa berbelanja untuk stok satu minggu. Selain penduduk Baun Bango, pasar juga dipenuhi oleh para pekerja pabrik sawit yang berada di sekitar Baun Bango.
Penginapan di Baun Banggo |
Terdapat satu penginapan dengan
fasilitas yang sangat sederhana tetapi sangat bersih. Penginapan dua lantai ini
menyediakan satu kamar besar di bawah dan 4 kamar di atas, ruang tamu dan ruang
makan. Terdapat beranda yang menghadap ke Sungai Katingan. Seperti umumnya
kebanyakan rumah penduduk, penginapan ini berbentuk rumah panggung. Walaupun
sebagian besar rumah di Desa Baun Bango tidak memiliki MCK (penduduk
memanfaatkan sungai untuk aktivitas ini), tetapi penginapan telah menyediakan dua unit MCK.
Jumlah penduduk Baun Bango pada tahun
2013 yaitu 875 jiwa. Agama yang dianut penduduk yaitu islam, kristen dan hindu
kaharingan. Mereka hidup harmonis berdampingan dan bebas beribadah di tempat
ibadah masing-masing. Terdapat gereja, masjid dan balai basarah sebagai
fasilitas ibadah. Berdasarkan data dalam Profil Kecamatan Kamipang Tahun 2013,
agama kedua terbesar setelah Islam adalah Hindu Kaharingan. Jumlah penganut
Hindu Kaharingan sekitar 157 orang. Kebetulan saya berkesempatan bersilaturahmi
ke rumah Pak Jojon, seorang tokoh Hindu Kaharingan.
Rumah Pak Jojon, berbentuk rumah
panggung seperti umumnya rumah penduduk Baun Bango. Hanya, rumah tersebut lebih
tinggi dari rumah-rumah lainnya. Tingginya sekitar 2 meter. Material dinding
terbuat dari kayu, begitu pula dengan lantai-nya. Hanya atap-nya saja sudah
memakai material modern, yaitu seng, sudah tidak menggunakan atap rumbia.
Terdapat beranda sebelum memasuki rumah. Ruang tamu berfungsi ganda sebagai
ruang keluarga. Ini merupakan ruang terluas dibandingkan dengan ruang lainnya.
Ruang tamu yang begitu luas tersebut, memiliki makna keterbukaan dan
kebersamaan, sesuai karakter orang Dayak. Di bagian tengah merupakan ruang
kamar tidur yang dibuat bersekat-sekat. Dapur merupakan ruangan paling
belakang.
Kelotok Susur Sungai |
Mata pencaharian sebagian besar
penduduk Baun Bango adalah nelayan. Mereka biasa mencari ikan di sungai dan di
danau-danau yang berada di sekitar sungai. Karena sungai merupakan bagian dari
kehidupan, tidak pernah penduduk menggunakan bahan peledak untuk mendapatkan
ikan. Mereka mencari ikan dengan cara yang sangat tradisional, memancing ikan
dengan menggunakan perahu. Beberapa penduduk membudidayakan ikan menggunakan
keramba di sungai. Uniknya, penduduk juga menggunakan jaring untuk menangkap
ikan. Jaring tersebut disimpan di sungai atau di danau-danau.
No comments:
Post a Comment