Pisor Melakukan Kegiatan Manawur |
T
|
awur merupakan suatu rangkaian kegiatan upacara ritual keagamaan dengan
tujuan melakukan hubungan dengan Tuhan (Ranying Hatalla Langit, Tuhan Tambing
Kabanteran Bulan, Raja Tuntung Matan Andau, Jatha Balawang Bulau, Kanaruhan
Bapager Hintan) yaitu hubungan antara manusia dengan dewa-dewa serta roh-roh
suci para leluhur yang disebut Sahur Baragantung
Langit, Parapah Baratuyang Hawun.
Upacara tawur dilaksanakan oleh umat Hindu Kaharingan untuk
permohonan dan doa umat manusia didunia ini yang disampaikan dengan menggunakan
bahasa Sangiang. Doa atau permohonan yang disampaikan dengan menggunakan beras
tawur yang telah dipilih, seorang Basir (rohaniawan) melaksanakan tawur untuk
membangkitkan roh yang terkandung dalam beras tawur dengan mantra-mantra,
setelah itu roh beras tawur (Bawin Tawur) akan datang dan menjelma menjadi
dewi/dewa sesuai dengan kepentingan upacara yang dilakukan, kemudian Basir
meminta Bawin Tawur dengan tugas masing-masing untuk menyampaikan maksud dan
permohonan dari pelaksanaan upacara tersebut.
Penggunaan beras tawur sebagai media upacara berlandaskan pada Kitab Suci Panaturan yang berbunyi “Ehem-Ehem Behas”,. Ucapan ini diyakini sebagai pernyataan/sabda Tuhan (Ranying Hatalla Langit) bahwa kekuasaan dan kekuatan yang terkandung dalam beras (behas) merupakan wujud nyata kekuatan dan kekuasaan Ranying Hatalla Langit. Salah satu ayat tawur yang sering digunakan oleh umat Hindu Kaharingan adalah “Panarinjetku ganam, kilau lunuk randan pakungan tingang, pararuguh labatan tingkah tapang ringkang pasanan antang”, artinya Kubangunkan roh kekuatan kemahakuasaan-MU, dari badan tempat tinggal-MU, bahwa di dalam behas tawur itu terkandung suatu roh yang mempunyai kekuatan dan kekuasaan untuk menyampaikan tujuan dan keinginan umat manusia kepada Ranying Hatalla Langit, Dewa, Roh Suci Leluhur yang gaib dan diyakini bahwa Ia ada dan selalu memberikan perlindungan dan pertolongan.
Penggunaan beras tawur sebagai media upacara berlandaskan pada Kitab Suci Panaturan yang berbunyi “Ehem-Ehem Behas”,. Ucapan ini diyakini sebagai pernyataan/sabda Tuhan (Ranying Hatalla Langit) bahwa kekuasaan dan kekuatan yang terkandung dalam beras (behas) merupakan wujud nyata kekuatan dan kekuasaan Ranying Hatalla Langit. Salah satu ayat tawur yang sering digunakan oleh umat Hindu Kaharingan adalah “Panarinjetku ganam, kilau lunuk randan pakungan tingang, pararuguh labatan tingkah tapang ringkang pasanan antang”, artinya Kubangunkan roh kekuatan kemahakuasaan-MU, dari badan tempat tinggal-MU, bahwa di dalam behas tawur itu terkandung suatu roh yang mempunyai kekuatan dan kekuasaan untuk menyampaikan tujuan dan keinginan umat manusia kepada Ranying Hatalla Langit, Dewa, Roh Suci Leluhur yang gaib dan diyakini bahwa Ia ada dan selalu memberikan perlindungan dan pertolongan.
Peralatan
Manawur
Dalam pelaksanaan upacara manawur ada beberapa peralatan yang
perlu disediakan oleh Umat Hindu Kaharingan yang akan melaksanakan upacara
manawur antara lain sebagai berikut :
1.
Amak Purun im-birang (tempat duduk manawur)
2. Tambak Behas (beras yang ditaruh dalam sangku), sipa ruku (rokok
dan penginangan)
3.
Mangkuk kurik eka behas tawur (Mangkuk kecil tempat beras tawur)
4.
Garu manyan (kemenyan), parapen (perapian/dupa)
5.
Tampung Tawar
6.
Behas tawur (Beras Tawur)
7.
Kasan Undus (Minyak Kelapa)
8.
Pakaian 1 stel (satu stel) yang diberikan kepada Basir/Rohaniawan
Persiapan Manawur
Seorang Basir/Pisor/Rohaniawan sebelum melaksanakan manawur harus
mempersiapkan diri agar dalam pelaksanaan tidak mendapatkan hambatan dan
rintangan dengan :
1. Menggunakan pakaian adat (Pakaian Sakarut Antang) atau disesuaikan
dengan keadaan, waktu dan tempat pelaksanaannya.
2.
Dalam keadaan bersih
3. Arah munduk manawur naharep matan andau belum (arah duduk manawur
menghadap kearah matahari terbit/menghadap pintu masuk rumah)
4. Kelengkapan sesajen, semua peralatan upacara manawur (tabur beras)
harus dipersiapkan
Behas (Beras) Tawur
Beras dalam bahasa sangiang adalah Behas parei manyangen tingang.
Bahwa di dalam beras telah terkandung wahyu/pesan Ranying Hatalla Langit, Jatha
Balawang Bulau. Keyakinan ini dilandasi oleh salah satu ayat tawur : “Bitim behas
parei manyangen tingang, pulut lumpung penyang hadurut akan pantai danum
kelunen malentur luwuk kampungan bunu” artinya beras
diturunkan kedunia untuk menjadi pedoman hidup dan menjadi pegangan hidup umat
Hindu Kaharingan. Selanjutnya pengertian beras dijelaskan pula
dengan ayat tawur “kalabien bitim Hatalla tuntung tahaseng pantai danum kalunen
kalambungan balitam jatha tambing nyaman luwuk kampungan bunu, bitim tau injam
akan duhung luang rawei balitam pandai pulang tasih panyaruhan tisui” artinya sesungguhnya
beras mempunyai suatu kelebihan selain sebagai penyambung hidup manusia, beras
pula satu-satunya yang dapat menjadi perantara (penghubung) antara manusia
dengan Ranying Hatalla Langit.
Menurut keyakinan Hindu Kaharingan bahwa pada masa penciptaan alam
semesta, Ranying Hatalla menciptakan beras untuk menjaga kelangsungan kehidupan
keturunan Raja Bunu yang menjadi asal umat manusia di dunia ini dan juga bisa
digunakan sebagai sarana hubungan manusia dengan Ranying Hatalla Langit, umat
Hindu Kaharingan merupakan keturunan Raja Bunu meyakini bahwa di dalam beras
itu telah terkandung kekuasaan Ranying Hatalla Langit sehingga dapat menjadi
sarana untuk menghubungkan umat manusia dengan Ranying Hatalla. Jadi behas
tawur adalah beras
yang telah dimantra-mantra oleh ulama Hindu Kaharingan dengan maksud memohon
berkat, petunjuk dan melakukan hubungan dengan Ranying Hatalla melalui roh suci
para leluhur.
Fungsi Behas (Beras) Tawur
Behas tawur berfungsi untuk menghubungkan, mengundang dan
memberitahukan kepada roh-roh suci, para leluhur yang disebut Sahur Baragantung
Langit, Parapah Baratuyang Hawun melalui beras yang telah dimantra-mantrai oleh
Basir/Pisor, beras dimantrai dengan maksud memberitahukan kepada Sahur
Baragantung Langit, Parapah Baratuyang Hawun bahwa pada saat ini sedang
dilaksanakan upacara keagamaan, agar melalui beras yang telah terkandung
kekuasaan dan kekuatan Ranying Hatalla Langit dapat menghubungkan dan
menyampaikan tujuan tawur yang dilaksanakan oleh Umat Hindu Kaharingan.
Roh beras tawur yang telah dimantrai menjelma menjadi :
1.
Putir
Bawin Sintung Uju (Tujuh Putri Tawur) yaitu :
a.
Indu Rangkang Panekang Tulang (sumber segala kekuatan lahir
bathin),
b.
Mina Runting Paniring Uhat (sumber segala kekuatan lahir bathin),
c.
Indu lambung Panunjung Tarung (sumber segala kebijaksanaan),
d.
Mina Timpung Bapayu rawei (kalimat-kalimat suci, sumber segala
petunjuk bagi umat manusia),
e. Mina Rantaian Ganan Behas (sumber segala kasih sayang, kerukunan
dan kesejahteraan hidup),
f. Mina Lingga Ganan Tawur (sumber segala kasih sayang, kerukunan dan
kesejahteraan hidup),
g.
Mina Miring Penyang (sumber iman sebagai tuntunan yang membimbing
umat manusia agar hidup sempurna di dunia dan diakhirat), digunakan untuk
manawur pada upacara nyadiri, pakanan sahur lewu, pakanan sahur parapah, sahur
keluarga, manenung/mohon petunjuk) dan manajah antang.
2.
Manyamei
Hatuen Tawur yaitu
a. Hanjung
Tahanjungan Hanyi
b.
Lambung Kalambungan Enteng Yang Digunakan Untuk Manawur Mampakanan
Pali (Pada Saat Upacara Perkawinan) Dan Mampakanan Pali Waktu Upacara Tiwah
Serta Manawur Mambaleh Bunu
c.
Etan Bulau Marikahan Langit, Teras Kayu Ganggang Haselan, Etan
Bulau Tenek Penyang, Teras Kayu Tunjung Nyahu, Digunakan Untuk Manawur Pada
Saat Munduk Hanteran Dalam Upacara Tiwah, Pahanteran Liau (Tiwah) yang
Dilakukan Oleh Handepang Telun (Tukang Hanteran)
Jenis Behas Tawur
Ada beberapa jenis behas tawur
yang digunakan dalam setiap upacara keagamaan umat Hindu Kaharingan antara lain
:
1. Beras Tawur digunakan untuk nyadiri, pakanan sahur lewu, pakanan
sahur parapah, sahur keluarga, manenung/mohon petunjuk) dan manajah antang,
manawur mampakanan pali (pada saat upacara perkawinan) dan mampakanan pali
waktu upacara tiwah serta manawur mambaleh bunu) adalah beras dicampur emas dan perak
2. Beras Tawur digunakan untuk upacara balian tantulak burung dahiang
lapik gawi adalah beras dicampur kikisan
peralatan tampung papas, humbang salentup (aur/bambu)
3.
Beras Tawur digunakan untuk upacara balian tantulak ambun rutas
matei (upacara menjauhkan dari bala kematian dan sial) adalah beras dicampur kikisan peralatan tampung
papas, humbang salentup dan lumpang liau
4. Beras
Tawur digunakan untuk upacara balian manyaki (mohon keselamatan), balian
mambuhul (memohon berkat) dan balian balaku untung (mohon anugerah) adalah beras dicampur daun sawang dan racikan kayu
lambang palangka
5. Beras Tawur digunakan untuk upacara balian tiwah (Basir munduk dan
hanteran/ pahanteran liau, tiwah) yang dilaksanakan oleh handepang telun
(tukang hanteran) adalah beras yang
dicampur kikisan peralatan tiwah seperti bulu hewan kurban, racikan kayu peti
tulang, aur dan kayu sangkaraya, kayu sapundu yang dipotong kecil sehingga
dapat dicampur dengan behas tawur.
6. Beras Tawur digunakan untuk upacara penguburan adalah beras dicampur kunyit, darah ayam, babi,
penginangan dan rukun tarahan.
Munduk Manawur
Munduk manawur adalah mulai
melaksanakan tawur, pada saat ini seorang rohaniawan (Basir) Hindu Kaharingan
mengucapkan mantra yang berisi permohonan kepada sahur parapah (roh suci
leluhur) yang merupakan manifestasi Tuhan Yang Maha Esa/Ranying Hatalla Langit,
Jatha Balawang Bulau. Menyampaikan permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa
melalui sahur baragantung langit, parapah baratuyang hawun. Dalam melaksanakan
manawur seorang rohaniawan/Basir mempersiapkan diri terlebih dulu baik
kesehatannya, kemampuannya dalam melaksanakan tawur, pakaian dan kelengkapan
semua sajen yang diperlukan dalam upacara itu.
Seorang Basir/Pisor memasang lilis lamiang dipergelangan tangan
disebelah kanan pada saat melaksanakan tawur, Basir dalam melaksanakan tawur
mempunyai kejujuran dan tanggung jawab terhadap upacara yang dilaksanakannya
agar tidak terjadi kesalahan dalam pelaksanaannya.
(Dikutip Dari Tulisan Metryadi U
Bunu)
No comments:
Post a Comment