Sapundu |
S
|
apundu
atau dalam bahasa sanggiang sering disebut Sapundu Tunggal, Tetat Empui
Malem adalah tempat untuk mengikat hewan korban pada upacara tiwah ataupun
upacara-upacara ritual lainnya dalam agama Hindu Kaharingan di Suku Dayak
Kalimantan Tengah.
Dalam pembuatannya sapundu memiliki berbagai
kekhasan diantaranya sapundu terbuat dari Kayu Tabalien (kayu ulin),
mengapa mengunakan kayu ulin, dikarena kayu ulin merupakan salah satu kayu yang
paling kuat di pulau kalimantan, selain itu juga ada beberapa Mitologi tentang
kayu ulin menurut kepercayaan umat Hindu Kaharingan di Kalimanta Tengah adalah
hasil dari Panjanjuri Kameluh Putak Bulau, Janjulen Karangan Limut Batu Kamasan
Tambun.
Untuk persiapan pembuatannya sapundu
memerlukan beberapa ritual. yaitu diantaranya sebelum sapundu dibentuk oleh
pengukir, sapundu diuleskan darah bintang (berupa ayam atau babi) selain itu
sapundu juga dipapas dengan Tampung Papas (alat pemercik tirta) yang
terbuat dari pohon sawang untuk diketahui sapundu dibuat sebelum acara
tiwah dimulai. Para pemahat sapundu juga harus Basirau (dalam bahasa
katingan) atau memasang lilis sejenis batu giuk yang diukir sedemikian rupa
pada tangannya adapun tujuan Basirau adalah agar para pemahat yang
membuat sapundu dilindungi dari segala berbagai bahaya ketika membuat sapundu
Pada saat pendirian sapundu juga ada
beberapa kekhasan ritual yang dilakukan. para pemimpin ritual (basir/pisur)
memohon ijin kepada malaikat yang menjaga tanah dimana tempat sapundu didirikan
yaitu Naga Hai Galang Petak, Hatuen Nyaring Ganan Petak, Bawin Nyaring Ganan
Petak yang diberikan sesajen agar pendirian sapundu berlangsung dengan
lancar dan sakral.
Didalam kepercayaan Hindu Kaharingan pada saat
hanteran sapundu tempat mengikat hewan korban akan manyaluh/menjadi
mangalunen(manusia) yang akan merawat dan menjaga hewan korban yang
dipersembahkan tersebut pada kehidupan dialam tempat para sangiang (khayangan)
yang disebut Lewu Tatau Habaras Bulau Hagusung Hintan Hakarangan Lamiang, Lewu
Je Dia Rumpang Tulang Rundung Raja Dia Kamalesu Uhat Tulang (sorga)***
No comments:
Post a Comment