P
|
endidikan
adalah usaha sadar yang dilakukan oleh individu atau sekelompok orang dengan
tujuan yang ingin dicapai yaitu suatu perubahan dalam hidup dan
pergaulannya. Pengertian pendidikan
secara legalitas dapat dilihat di dalam Ketetapan Majelis Permusyawarahan
Rakyat Rebuplik Indonesia Nomor II / MPR/ 1988 tentang Garis-garis Besar Haluan
Negara. Dalam GBHN tahun 1988, “pendidikan
dibatasi sebagai proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat
manusia”(Daryanto, 1996).
Pendidikan
dapat dilakukan seumur hidup dan dapat dilaksanakan di dalam lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat. Oleh karena itu pendidikan merupakan serangkaian kegiatan yang ada
di dalamnya dengan tujuan menciptakan manusia yang berkualitas dan berguna.
Pendidikan dalam agama Hindu Kaharingan merupakan sebuah keharusan yang mutlak dimiliki oleh umat Hindu Kaharingan sebagai dasar menjalani kehidupan di dalam Pantai Danun Kalunen (Dunia) dengan selalu berpedoman pada wahyu Ranying Hatalla Langit yang termuat di dalam Kitab Suci Panaturan.
Pendidikan dalam agama Hindu Kaharingan merupakan sebuah keharusan yang mutlak dimiliki oleh umat Hindu Kaharingan sebagai dasar menjalani kehidupan di dalam Pantai Danun Kalunen (Dunia) dengan selalu berpedoman pada wahyu Ranying Hatalla Langit yang termuat di dalam Kitab Suci Panaturan.
Di
dalam kitap suci Panaturan pasal 41 ayat 6 dan 32 dijelaskan bahwa ilmu
pengetahuan dan proses pendidikan memang bersumber dari ajaran Ranying Hatalla
Langit yang berbunyi demikian
:
Pasal 41 ayat 6 :
“Ketun majar ewen nampara bara gawi ije pangkakurike
sampai gawi ije pangkahaie, kilau ampi ketun ije manarima ajar bara Ranying
Hatalla huang taharep Raja Bunu intu Lewu Bukit Batu Nindan Tarung hemben
huran”(Panaturan pasal 41 ayat 6)
Artinya,
“Kalian
mengajarkan mereka mulai dari upacara yang terkecil sampai upacara terbesar,
sebagaimana kalian telah menerima ajaran dari Ranying Hatalla langit
dihadapan Raja Bunu di Lewu Bukit Batu
Nindan Tarung saat dahulu”.
Pasal 41 ayat 32 berbunyi ;
“Ewen jadi sembang lewu tutuk juking, te ewen handiai
ije mayewut Bawi Ayah nampara nantuajar uluh kalunen balian, bara gawi ije
pangkakurik palus gawi ije pangkahai, kalute kea manampara kare katupat, sukup
saregap, manumun ampin gawie, hayak ewen kea nantuajar ampin uluh matuh
kabaluma belum, ma tuh kakare gawi gawian”. (Panaturan Pasal 41 ayat 32).
Artinya :
“Setibanya
di Lewu Tutuk Juking, mereka yang
dinamakan Bawi Ayah mulai mengajarkan tatacara balian, dari upacara yang
terkecil sampai kepada upacara terbesar, demikian pula membuat bermacam-macam bentuk
ketupat sesuai menurut upacara yang dilakukan dan mereka pula mengajarkan
bagaimana tata cara manusia mengatur kehidupnya dan mengatur segala tugas
pekerjaannya”.
Dari
penjelasan didalam Panaturan diatas
jelaslah bahwa dalam keyakinan agama Hindu Kaharingan,
bahwa ilmu pengetahuan itu bersumber dari Ranying Hatalla Langit yang
disampaikan melalui Raja Uju Hakandungan
dan dilanjutkan Bawi Ayah kepada
keturunan Raja Bunu di Pantai Danun Kalunen. Ilmu pengetahuan yang diajarkan
langsung oleh Ranying Hatalla Langit kepada Raja Uju Hakandungan adalah
merupakan ajaran suci yang diberikan kepada Raja Bunu dan Keturunnya sebagai
jalan memperoleh kehidupan yang sejahtera dan damai serta dapat kembali menyatu bersama Ranying Hatalla Langit. Oleh sebab itu ilmu pengetahuan
yang diajarkan oleh Ranying Hatalla langit adalah ilmu pengetahuan yang sangat
diagungkan oleh umat Hindu Kaharingan dan wajib dilaksanakan sebagai pedoman
kehidupan dan mencapai hidup yang sejahtera dan damai. Dalam proses pengajaran
Bawi Ayah kepada keturunan Raja Bunu di
desa Tutuk Juking, yaitu desa yang
dipilih oleh Raja Ungkuh Batu,Tuhan Jenjang Liang sebagai tempat yang tepat
untuk berkumpulnya keturunan Raja Bunu dari berbagai aliran sungai dan pelosok
Pantai Danun Kalunen untuk dapat menerima ajaran pengetahuan dari Ranying
Hatalla langit melalui rombongan Bawi Ayah selama kurang lebih tujuh
tahun. Rombongan Bawi Ayah yang terdiri
dari Raja Tunggal Sangumang,
Raja Mantir Mama Luhing Bunagi, Raja
Rawin Tempun Telun,
Raja Duhung Mama Tandang, Raja
Linga Rawin Tempun Telun,
Raja Garing Hatungku, Nyai
Endas Bulau Lisan Tinggang,
Nyai Inai Mangut.
Rombongan
Bawi Ayah ini bertugas untuk mengajarkan kepada keturunan Raja Bunu tentang
bermacam-macam ilmu pengetahuan dan berbagai macam upacara ritual dalam agama
Hindu Kaharingan yang berguna bagi semua keturunan Raja Bunu dalam menjalankan
kehidupannya, ada pun ajaran yang diajarkan oleh rombongan Bawi Ayah kepada anak keturunan Raja Bunu adalah:
a. Pelaksanaan
Balian : Balian Tantulak Dahiyang
Baya, Balian Manyaki, Balian Mambuhul, Balian Balaku Untung dan ritual balian
lainnya dari yang terkecil sampai yang terbesar. Jenis balian ini merupakan
jenis balian yang diajarkan oleh Raja Tunggal Sangumang, Raja Mantir Mamaluhing
Bungai dan Raja Rawin Tempun Telun. Balian ini secara garis besar bertujuan
untuk membantu umat Hindu Kaharingan dalam menjalani
hidupnya dan meminta rejeki, kesehatan,umur panjang, serta menolak marabahaya
serta tujuan lainnya.
b. Pelaksanaan Balian yang berhubungan dengan ritual
kematian dalam keyakinan umat Hindu Kaharingan sebagai proses pengembalian
keturunan Raja Bunu kepada Ranying Hatalla langit, adapun proses balian
tersebut : Balian Tantutal Ambun Rutas Matei, Perjalanan Banama Nyahu dan
upacara ritual lainnya yang berhubungan dengan upacara ritual kematian dari
upacara ritual yang terkecil sampai pada upacara ritual yang terbesar.
c. Pelaksanaan upacara ritual Hanteran dan upacara
ritual Tiwah bagi umat Hindu Kaharingan sebagai jalan pengembalian Salumpuk
Liau kepada zat yang paling sempurna yaitu Ranying Hatalla langit. Biasanya
upacara ritual Tiwah merupakan salah satu bentuk upacara terakhir bagi umat
Hindu Kaharingan sebagai jalan proses peyatuan salumpuk liau dengan Ranying
Hatalla Langit di lewu Tatau.
d. Pelaksanaan upacara ritual yang bertujuan untuk
proses kelangsungan hidup umat Hindu Kaharingan di dalam Pantai Danun Kalunen.
Adapun jenis-jenis upacara ritual yang diajarkan adalah : upacara ritual
perkawinan, upacara ritual kehamilan, ritual kelahiran
bayi, upacara ritual Nahunan, dan upacara lainnya yang berhubungan dengan
proses kehidupan umat Hindu Kaharingan di dalam Pantai Danum Kalunen dari
upacara ritual yang paling kecil sampai pada upacara yang terbesar.
e. Mengajarakan tentang proses pembuatan semua sarana-sarana
dan simbol-simbol yang digunakan dalam proses upacara ritual Hindu Kaharingan
dari proses upacara bagi kehidupan sampai pada upacara ritual kematian dalam
Hindu Kaharingan semua diajarkan kepada keturunan Raja Bunu. Oleh sebab itu
setiap kali umat Hindu Kaharingan melaksanakan upacara ritual agamanya selalu
saja mengunakan sarana upacara keagama sebagai sarana pelengkap
dari upacara ritual tersebut.
f. Mengajarkan tentang proses hidup bersama, tingkah
laku, memanfaatkan semua ciptaan Ranying Hatalla Langit,
menjaga alam semesta serta proses pendidikan dalam keluarga dan
masyarakat dimana umat Hindu Kaharingan berada dengan tujuan akhirnya adalah
mencapai hidup yang sejahtera dan damai. (Panaturan,1979).
Dapat
disimpulkan bahwa konsep pendidikkan dalam ajaran Bawi Ayah adalah bersumber
dari ajaran suci yang langsung diberikan oleh Ranying Hatalla Langit kepada
keturunan Raja Bunu. Ajaran Bawi Ayah tidak hanya terbatas ajaran ritual
upacara melainkan mengajarkan tentang hurup aksara dan tata cara penulisan
kepada keturunan Raja Bunu sebagai dasar melangkapi kehidupan keturunan Raja
Bunu. Oleh sebab itu pendidikan adalah hal utama dalam proses bersama kokohnya
ajaran Kaharingan dalam kelangsungan ajaran Kaharingan.
No comments:
Post a Comment