Add caption |
U
|
pacara Manenung
adalah “Suatu Upacara untuk mencari atau meramal sesuatu yang tidak bisa
manusia ketahui secara akal sehat, akan tetapi dapat ditemukan atau diketahui
akhirnya” Selain itu ada yang mengatakan bahwa upacara Manenung adalah “Upacara Manenung adalah salah satu cara
untuk mencari atau mendapatkan petunjuk dari dewa/ leluhur oleh manusia yang
sudah tidak dapat ditemukan dengan berbagai cara agar untuk diselesaikan atau
ditemukan penyebab/ sumbernya dan selanjutnya dilaksanakan upacara sesuai
dengan petunjuknya”.
Manenung
adalah memberitahukan dan menggunakan malaikat Tuhan yang disebut dengan “Putir Santang Bawi Sintung Uju, yang
bertempat tinggal di Lewu Tasik
Baragantung Langit (Rahan Dare)/Khayangan
untuk hadir di rumah tempat melaksanakan upacara Manenung berlangsung. Kemudian setelah IA (Dewi) itu datang barulah
kita memohon petunjuk kepada beliau tentang yang ingin ditemukan atau dicari,
pertanyaannya adalah bagaimana kita mengatuhi petunjuk tersebut diberikan oleh
para Sagiang yaitu sesuai dengan
jenis manenungnya, misal pada manenung
mengunakan baliung maka jika yang ditanyakan benar maka baliung akan bergerak
dan berputas dengan sendirinya dan jika tidak benar maka baliung tersebut tidak
bergerak sedikit pun, baliung berbera maksud tersebut tanpa intervensi atau
perlakuan apapun.
Contohnya: Kita bisa mencari/ meramalkan barang yang
tenggelam kedalam air atau tercecer, penyakit yang sudah tidak bisa disembuhkan
atau diobati oleh tenaga medis dan dapat menemukan siapa orang yang biasa atau
dapat mengobatinya, dan sebagainya.
Upacara
ini tidak bisa digunakan untuk mencari atau meramal sesuatu yang bersifat tidak
baik atau bermaksud jahat, hal ini karena Putir
Santang Bawi Sintung Uju adalah Manifestasi Tuhan untuk melindungi atau
memelihara ciptaannya sendiri, selain dewi seperti Putir Santang juga dengan kekuasaan para leluhur/sangiang yang
lain.
Untuk
upacara Manenung atau pemujaan-pemujaan terhadap leluhur/ para Dewata tersebut
dijelaskan dalam kitab suci Panaturan Pasal 41 ayat 25-27 berikut :
Pasal 41 : Mangku Amat Sangen ewen ndue Nyai Jaya
Nyangiang Saluh Sawak Bambang Nyangiang.
Mangku Amat Sangen dan Nyai Jaya
Nyangiang berubah wujudnya
Ayat 25 : Limah hakutak kalute, ungkup Jalayan palus
lilap dia katawan tintu darie, uluh lewu Tutuk Juking paham hanjak angate, akan
kueh pandarie ungkup jalayan te, diae ewen handung katawan, pehe tutu atei ewen
mite kajadian ije kalute, ampie padahal ungkup jalayan jadi gandang halalian
buli danum jalayan lewu telu kalabuan tingang.
Setelah berkata demikian, ungkup Jalayan lenyap dari pandangan
mereka, mereka orang kampong Tutuk Juking sangat heran, kemana pergi ongko
Jalayan lewu telu kalabuan tingang.
Ayat 26 : Umbet jadi katahin endau limbah ungkup
jalayan janjuraman akan uluh lewu telu juking te huang benteng hanjewu, metuh
ewen are mananjung kumbang bataliung akan ngaju, akan ngawa, balalu metuh
manampa jalahae malan, malauk mambilis, satiar bausaha, te salenga atun auh ije
manampa Hengan ewen.
Beberapa lamanya setelah ungkup Jalayan memberitahukan kepada
mereka di kampong teluk juking, disuatu pagi sewaktu mereka berjalan sepanjang
kampong, sebagian sedang mencari ikan, ada juga yang sedang berusaha, tiba-tiba
terdengar suara yang mengherankan mereka.
Ayat 27 :Tarahing
auh taluh je guhup-guhup, letu-letus sinde auhe bara ngambu, ewen uras nampayah
akan ngambu, te salenga taragitan ewen taluh ije durut-durut ampie tampayahe
bara ngambu, palus muhun tende intu bentuk lewu juking
Terdengar suara bergemuruh dari arah atas, merekapunmelihat kearah
atas, dan tidak diduga terlihat oleh mereka ada sesuatu turun perlahan-lahan
dari angkasa dan langsung tiba ditengah-tengah kampong Tutuk Juking.
Sarana Upacara Manenung
Dalam setiap
pelaksanaan upacara, sudah barang tentu yang perlu dipersiapkan adalah sarana
upacaranya. Sarana tersebut tentu yang berkaitan dengan upacaranya dan tidak
semua sarana yang digunakan itu sama. Dalam pelaksanaan upacara Manenung sarana
yang digunakan pada dasarnya sama, namun maksud dan tujuan dari sarana tersebut
berbeda-beda sesuai dengan fungsi masing-masing.
Dari setiap
sarana yang digunakan dalam upacara ini adalah bersumber dari asal perubahan
atau penjelmaan dari badan Mangku Amat Sangen, seperti :
1.
Gigi menjelma/ berubah menjadi
(Basaluh) Baliung (mata belaying/ kampak).
2.
Sulah Utut (Bulatan Pada lutut)
menjelma/ berubah menjadi Pisih (mirip uang)
3.
Tulang Betis menjelma/ berubah
(basaluh) menjadi daun sirih,
4.
Telinga manjelma/ berubah (basaluh)
menjadi daun sirih
5.
Otak menjelma/ berubah (Basaluh)
menjadi ketuk (kapur sirih)
6.
Darah menjelma/ berubah (Basaluh)
menjadi danum nyalung (air tirta)
7.
Rambut menjelma/ berubah (Basaluh)
menjadi rotan
8.
Lidah menjelma/ berubah (Basaluh)
menjadi daun sawang (dawen sawang)
9.
Kuku menjelma/ berubah (Basaluh)
menjadi bendang bulau sangkalemu (bendang)
10.
Daging menjelma/ berubah (Basaluh)
menjadi petak kasambuyan (tanah)
11.
Tulang rusuk menjelma/ berubah
(Basaluh) menjadi dereh sanaman (pucuk besi)
12. Tulang pinggang menjelma/ berubah
(Basaluh) menjadi sanaman jangkarang naranting mesin barani (macam-macam besi)
13. Biji mata menjelma/ berubah (Basaluh)
menjadi bua pinang sarayung lewu (buah pinang)
14. Urat menjelma/ berubah (Basaluh)
menjadi tengeng bulau sangkalemu (kulit kayu tingang)
15. Darah putih menjelma/ berubah
(Basaluh) menjadi minyak bakang haselan tingan (minyak lemak)
16. Parang menjelma/ berubah (Basaluh)
menjadi penjelmaan dari tulang rusuk yang menjelma menjadi berbagai macam besi.
17. Tengkorak kepala menjelma/ berubah
(Basaluh) menjadi supak/ gantang (tempurung kelapa yang digunakan untuk takaran
beras).
Macam-Macam Upacara Manenung
Tenung
Menggunakan Baliung (Mata Belayung), Seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya baha Beliung (Mata Belayung/Kampak) merupakan
penjelmaan atau perubahan dari Gigi Mangku Amat Sangen. Dalam cerita ini dimana
Baliung (mata Belayung/ Kampak) digunakan sebagai pemberi arah (petunjuk)
tentang sesuatu yang menjadi tujuan Manenung dan apabila tidak bergerak berarti
arah yang dicari salah dan dapat diulang kembali dengan mencari tempat atau
tujuan yang lain lagi, samapai ditemukan.
Manenung
Menggunakan Pisih, Pisih adalah berasal dari penjelmaan
/ perubahan salah satu bulatan lutut (Sulah Utut) Mangku amat sangen yang
digunakan sebagai sarana dalamk Manenung. Cara ini jarang digunakan, karena
sarana seperti pisih sulit untuk dicari dan langka. Cara pelaksanaannya adalah
sebuah sangku diisi dengan air yang bersih dan dicampur dengan abu (abu kapur),
secukupnya dan selanjutnya pisih diletakan diatas sarung parang (kumpang pisau)
yang sudah tersedia diatas sangku tersebut. Setelah dibacakan mantranya
(nanturan) untuk merubah tulang bulatan lutut (sulah utut) menjadi piih, lalu
pisih yang ada diatas sarung parang (kumpang pisau) dijatuhkan kedalam sangku
dan sambil diaduk-aduk pakai sarung parang (kumpang pisau) oleh basir (Pandita)
dan satu orang lain yang ada disekitar itu, untuk mencari pisih yang dianggap
sebagai petunjuk (sebelahnya) yang telah ditentukan. Setelah mantra (Nanturan)
selesai dibacakan langsung dicari pisih tersebut pakai tangan dan setelah
ditemukan, pisih lalu diangkat untuk dilihat orang banyak dengan posisi yang
tidak berubah dari dalam sangku untuk diperoleh hasilnya.
Manenung
Menggunakan Supak/Gantang, Supak/ gantang
(Tempurung Kelapa) adalah berasal dari penjelmaan/ perubahan kepala (tengkorak)
Mangku Amat Sangen. Jadi sebagai pemberi petunjuk dalam pelaksanaan ini adalah
supak/ gaqntang sendiri, Cara pelaksanaannya yaitu supak/ gantang diletakan
diatas kalaya (Nyiru) dan diberikan beras sedikit diatasnya, supak atau gantang
dalam keadaan telungkup kemudia satu orang duduk diatas supak/ gantang itu.
Setelah selesai8 membacakan Mantra (Nanturan) suapak/ Gantang dengan sendirinya
berputar walaupun ditahan oleh orang yang duduk diatasnya, akan tetapi apabila
Manenung nya salah pada yang dituju supak/ Gantang akan tetap (tidak bergerak).
Manenung
Menggunakan Rotan (Uwei), Uwei (Rotan)
yaitu penjelmaan/perubahan dari rambut Mangku Amat Sangen, yang digunakan
sebagai pemberi petunjuk. Cara pelaksanaannya yaitu Uwei (rotan) sebanyak 1
(satu) pucuk dengan panjang secukupnya dan rotan (uwei) tersebut diberikan
tandanya dengan tali yang disebut tali tengang (Tali terbuat dari Kulit Kayu
Tengang) tepat pada ukuran 1 (satu) depa. Setelah dibacakan mantra (Nanturan),
maka apabila Manenung dengan tujuan yang tepat, maka posisi tali yang diikat
tersebut akan bergeser lebih jauh dari 1 (satu) depa dan apabila tidak tepat
pada tujuan, maka hasilnya akan tetap (tidak bergerak).
Manenung
Menggunakan Parang (Pisau), Pisau (Parang)
adalah penjelma/ perubahan dari tulang pinggang (Tulang Kahang) Mangku Amat
Sangen yang menjadi bermacam-macam Sanaman (Besi) yang digunakan sebagai
penunjuk arah dalam Manenung. Cara pelaksanaannya yaitu pisau (parang) dipegang
oleh 1 (satu) orang dengan diletakan pada jari telunjuk tangan dengan posisi
parang (pisau) terelentang seperti timbangan dan setelah dibacakan mantra
(Nanturan) nya dan dipercikan dengan Air Tirta (Tampung Tawar) serta diasapi
dengan garu (kemenyan) maka apabila tepat tujuan yang dituju parang (pisau)
dengan sendirinya berputar dan apabila salah yang dituju Manenung nya maka
parang tidak akan berputar dan parang tersebut tidak akan jatuh dari atas jari
tangan orang yang memegangnya.
Dari beberapa cara Manenung yang
diuraikan diatas masih terdapat cara-cara yang lain untuk Manenung. Namun yang lazim digunakan selama ini seperti
cara diatas. Cara-cara untuk Manenung tidak dapat digunakan apabila diluar atau
lepas dari asal penjelmaan dari badan Mangku Amat Sangen.
No comments:
Post a Comment