Gambar

Gambar
SELAMAT MEMBACA,HATAMUEI LINGGU NALANTAI HAPANGAJA KARENDEM MALEMPANG

02 July 2014

GARING HATUNGKU TUNGKET LANGIT TIGA KERANGKA HIDUP UMAT HINDU KAHARINGAN


Batang Haring/Garing (Pohon Kehidupan)

B
anyak orang didunia ini berusaha dan bekerja keras membagi waktunya sedemikian rupa agar kehidupannya kelak menjadi lebih baik, hal itu bukan sesuatu yang asing dan memang begitu adanya. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah apakah ada cara dalam ajaran Hindu Karingan agar kelak kehidupan kita menjadi lebih baik dan sukses?.

Jawabnya; Ia, Ada. Lalu Bagaimanakah itu?

Dimasyarakat santar terdengar kalau mau kaya/beruang maka kita harus bersahur dengan Sangomang, hal demikian memang ia ada benarnya, namun sisi lain yang kadang terlupakan oleh kita adalah apa makna dari ucapan tersebut dan bagaimana aplikasi nyata dalam kehidupan sehari-hari umat Hindu Kaharingan.
Merunut kembari tentang Sangomang secara umum disebut Raja Tunggal Sangomang Emban Bakuwu Hanyi atau Raja Tunggal Sangomang Mama Turun Bulau yang ayahnya disebut Raja Garing Hatungku dan ibunya Nyai Endas Bulau Lisan Tingang mereka ini sering kita dengar dalam ritual Balian Balaku Untung (Balian umur panjang) yang dilakukan oleh Sangiang Raja Mantir Mama Luhing Bungai dengan Banama Tinggang untuk meminta anugerah kehidupan dan umur panjang bagi umat manusia pada perjalan yang paling akhirnya mereka bertiga (Raja Tunggal Sangomang, Raja Mantir Mama Luhing Bungai, Raja Ringga Rawing Tempun Telun) menaiki ketiga pohon suci yang ada dipantai danum sangiang yang mana Raja Mantir Mama Luhing Bungai menaiki kayu Pampang Saribu, Raja Tunggal Sangomang menaiki kayu Erang Tinggang dan Raja Ringga Rawing Tempun Telun menaiki kayu Andung Nyahu dari kejadian diatas termakna hal berikut

Kayu Pampang Saribu
Dimasa silam kayu Pampang Seribu merupakan kayu jimat yang digunakan seseorang pergi kehutan untuk berburu mencari hewan, agar mendapat hewan buruan yang banyak, dimasa yang kita hadapi sekarang hal itu memang ada, tetapi ada perubahan target buruan yang mesti didapatkan yaitu Ilmu Pengetahuan dan Tehnologi (IPTEK) sehingga Kayu Pampang Saribu dapat diibaratkan ilmu pengetahuan yang didapat dari pendidikan, berbicara pendidikan kadang kita hanya terbawa pada pendidikan secara formal saja yaitu sekolah sejak Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menegah Pertama dan seterusnya sampai perguruan tinggi, hal tersebut memang penting ada tetapi jangan terlupakan akan pendidikan non formal, jadi sesungguhnya pendidikan yang dimaksud tersebut adalah pendidikan secara formal dan non formal. Sehingga menjadi generasi Hindu Kaharingan yang siap secara kualitas dalam menghadapi era Globalisasi yang sedang terjadi dimasa sekarang.
Sehingga tujuan dan fungsi pendidikan nasional yang tertuang  dalam Undang-Undang (UU) pendidikan yaitu "Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang” Pasal 33 Ayat 3, dan "Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab."

Kayu Erang Tinggang
Kayu Erang Tinggang adalah kayu yang hanya terdapat dipantai danum Sangiang (khayangan) dimana sampai hari ini belum pernah dilihat oleh manusia yang tinggal di Pantai Danum Kalunen (Bumi), tetapi dimaknai dari namanya Kayu Erang Tinggang maka Kayu tersebut adalah kayu yang dapat berbicara, sepintas kilas jika melihat pada tubuh manusia, ada bagian tubuh yang dapat mengontrol sikap dan tingkah laku yang tidak lain adalah hati kita sendiri, maka sering kita dengar orang mengatakan ikuti “Kata Hatimu, dst” yang termakna adalah Adat Istiadat agar hidup menjadi belum Bahadat, maka banyak terdengar kata-kata orang tua seperti demikian “Jatun Ti Guna Pintar, Amun Dia Harati” yang terjemahannya “Tidak ada gunanya jika hidup pintar tetapi memiliki sikap dan perilaku yang kurang baik” hidup dengan Adat Istiadat yang baik bukan diturunkan secara genetik namun diperoleh dari pengaruh lingkungan yang paling berperan adalah lingkungan keluarga itu sendiri, sehingga demikian apabila adat istiadat yang sudah ada sejak jaman nenek moyang orang Dayak diajarkan dengan baik pada anak dan generasi penerus maka, maka umat Hindu Kaharingan memiliki kualitas yang tidak diragukan lagi masyarakat.
Menurut Perda No. 16 Tahun 2008 maka belum bahadat adalah perilaku hidup yang menjunjung tinggi kejujuran, kesetaraan, kebersamaan dan toleransi serta  taat pada hukum (hukum negara, hukum adat dan hukum alam). Apabila telah mampu melaksanakan perilaku hidup “Belom Bahadat”, maka akan teraktualisasi akan wujud “Belom Penyang Hinje Simpei” yaitu hidup berdampingan, rukun dan damai untuk kesejahteraan bersama”

Kayu Andung Nyahu
Kayu Andung Nyahu juga kayu yang ada dipantai danum Sangiang (Khayangan), secara nama jika dikaitkan maka Nyahu/Kilat/Petir selalu berkaitan dengan Tuhan Yang Maha Kuasa atau Ranying Hatalla, yang termakna kerangka hidup ketiga umat Hindu Kaharingan adalah kepercayaan akan Tuhan yang berupa Spiritual atau Agama. Agama merupakan salah makanan bagi manusia, tidak seperti makan nasi lalu terasa kenyang, hal itu hanya untuk jasmani/fisik, namun rohani/jiwa memiliki makanan lain yang tak terlihat kasat mata seperti jiwa itu sendiri yaitu spiritual sehingga kita akan selalu merasa damai, selalu bersyukur dan rasional dalam mengambil keputusan dalam hidup.
Dilihat dari tujuannya maka agama merupakan jalan untuk mencapai kebahagiaan rohani dan kesejahteraan hidup jasmani atau kebahagiaan secara lahir dan bathin. agama juga merupakan kebenaran abadi yang mencakup seluruh jalan kehidupan manusia yang diwahyukan oleh Tuhan dengan tujuan untuk menuntun manusia dalam mencapai kesempurnaan hidup yang berupa kebahagiaan yang maha tinggi dan kesucian lahir bathin.
Jadi ketiga kerangka yang kita ibaratkan Garing Hatungku Tungket Langit atau dalam makna bebas tiga kayu yang menyangga langit adalah Kayu Pampang Seribu (Ilmu Pengetahuan dan Tehnologi), Kayu Erang Tingang (Adat Istiadat/Belum Bahadat) dan Kayu Andung Nyahu (Spiritual/Agama), sepatutnya tiga hal diatas sudah dimiliki oleh umat Hindu Kaharingan sehingga kualitas umat sampai hari ini tidak diragukan, akan tetapi pada pelaksaanan kita terkadang tidak begitu memperhatikannya dan kurang telaten dalam menjalankannya, sehingga alangkah baiknya mulai dari saat ini tiga konsep yang sudah ada sejak lama kita gunakan sebagai kerangka acuan hidup, sehingga “Mangat Tau Akan Tangeran Lewu Mandereh Danum Pananggak Rundung Hapamantai Tambun, Bara Tumbang Batang Danum sampai Hulu Sungei Jalayan
Artinya; Agar kehidupan kita menjadi contoh dan sauritaladan bagi orang lain dari muara sungai sampai kehulunya (seluruh dunia)”

No comments: