Batang Haring/Garing (Pohon Kehidupan) |
B
|
anyak orang didunia ini berusaha dan bekerja keras membagi
waktunya sedemikian rupa agar kehidupannya kelak menjadi lebih baik, hal itu
bukan sesuatu yang asing dan memang begitu adanya. Yang menjadi pertanyaan
sekarang adalah apakah ada cara dalam ajaran Hindu Karingan agar kelak
kehidupan kita menjadi lebih baik dan sukses?.
Jawabnya; Ia, Ada. Lalu Bagaimanakah itu?
Dimasyarakat santar terdengar kalau mau kaya/beruang maka kita
harus bersahur dengan Sangomang, hal demikian memang ia ada benarnya, namun
sisi lain yang kadang terlupakan oleh kita adalah apa makna dari ucapan
tersebut dan bagaimana aplikasi nyata dalam kehidupan sehari-hari umat Hindu
Kaharingan.
Merunut kembari tentang Sangomang secara umum disebut Raja Tunggal Sangomang Emban Bakuwu Hanyi atau Raja Tunggal Sangomang Mama Turun Bulau yang ayahnya disebut Raja Garing Hatungku dan ibunya Nyai Endas Bulau Lisan Tingang mereka ini sering kita dengar dalam ritual Balian Balaku Untung (Balian umur panjang) yang dilakukan oleh Sangiang Raja Mantir Mama Luhing Bungai dengan Banama Tinggang untuk meminta anugerah kehidupan dan umur panjang bagi umat manusia pada perjalan yang paling akhirnya mereka bertiga (Raja Tunggal Sangomang, Raja Mantir Mama Luhing Bungai, Raja Ringga Rawing Tempun Telun) menaiki ketiga pohon suci yang ada dipantai danum sangiang yang mana Raja Mantir Mama Luhing Bungai menaiki kayu Pampang Saribu, Raja Tunggal Sangomang menaiki kayu Erang Tinggang dan Raja Ringga Rawing Tempun Telun menaiki kayu Andung Nyahu dari kejadian diatas termakna hal berikut
Merunut kembari tentang Sangomang secara umum disebut Raja Tunggal Sangomang Emban Bakuwu Hanyi atau Raja Tunggal Sangomang Mama Turun Bulau yang ayahnya disebut Raja Garing Hatungku dan ibunya Nyai Endas Bulau Lisan Tingang mereka ini sering kita dengar dalam ritual Balian Balaku Untung (Balian umur panjang) yang dilakukan oleh Sangiang Raja Mantir Mama Luhing Bungai dengan Banama Tinggang untuk meminta anugerah kehidupan dan umur panjang bagi umat manusia pada perjalan yang paling akhirnya mereka bertiga (Raja Tunggal Sangomang, Raja Mantir Mama Luhing Bungai, Raja Ringga Rawing Tempun Telun) menaiki ketiga pohon suci yang ada dipantai danum sangiang yang mana Raja Mantir Mama Luhing Bungai menaiki kayu Pampang Saribu, Raja Tunggal Sangomang menaiki kayu Erang Tinggang dan Raja Ringga Rawing Tempun Telun menaiki kayu Andung Nyahu dari kejadian diatas termakna hal berikut
Kayu Pampang Saribu
Dimasa silam kayu Pampang Seribu merupakan kayu jimat yang
digunakan seseorang pergi kehutan untuk berburu mencari hewan, agar mendapat
hewan buruan yang banyak, dimasa yang kita hadapi sekarang hal itu memang ada,
tetapi ada perubahan target buruan yang mesti didapatkan yaitu Ilmu
Pengetahuan dan Tehnologi (IPTEK) sehingga Kayu Pampang Saribu dapat
diibaratkan ilmu pengetahuan yang didapat dari pendidikan, berbicara pendidikan
kadang kita hanya terbawa pada pendidikan secara formal saja yaitu sekolah
sejak Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menegah Pertama dan seterusnya
sampai perguruan tinggi, hal tersebut memang penting ada tetapi jangan
terlupakan akan pendidikan non formal, jadi sesungguhnya pendidikan yang
dimaksud tersebut adalah pendidikan secara formal dan non formal. Sehingga
menjadi generasi Hindu Kaharingan yang siap secara kualitas dalam menghadapi
era Globalisasi yang sedang terjadi dimasa sekarang.
Sehingga tujuan dan fungsi pendidikan nasional yang tertuang
dalam Undang-Undang (UU) pendidikan yaitu "Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta
ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan
undang-undang” Pasal 33 Ayat 3, dan "Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab."
Kayu Erang Tinggang
Kayu Erang Tinggang adalah kayu yang hanya terdapat dipantai
danum Sangiang (khayangan) dimana sampai hari ini belum pernah dilihat oleh
manusia yang tinggal di Pantai Danum Kalunen (Bumi), tetapi dimaknai
dari namanya Kayu Erang Tinggang maka Kayu tersebut adalah kayu yang
dapat berbicara, sepintas kilas jika melihat pada tubuh manusia, ada bagian
tubuh yang dapat mengontrol sikap dan tingkah laku yang tidak lain adalah hati
kita sendiri, maka sering kita dengar orang mengatakan ikuti “Kata Hatimu,
dst” yang termakna adalah Adat Istiadat agar hidup menjadi belum Bahadat,
maka banyak terdengar kata-kata orang tua seperti demikian “Jatun Ti Guna
Pintar, Amun Dia Harati” yang terjemahannya “Tidak ada gunanya jika hidup
pintar tetapi memiliki sikap dan perilaku yang kurang baik” hidup dengan Adat
Istiadat yang baik bukan diturunkan secara genetik namun diperoleh dari
pengaruh lingkungan yang paling berperan adalah lingkungan keluarga itu
sendiri, sehingga demikian apabila adat istiadat yang sudah ada sejak jaman
nenek moyang orang Dayak diajarkan dengan baik pada anak dan generasi penerus
maka, maka umat Hindu Kaharingan memiliki kualitas yang tidak diragukan lagi
masyarakat.
Menurut Perda No. 16 Tahun 2008 maka belum bahadat adalah perilaku hidup yang menjunjung tinggi kejujuran,
kesetaraan, kebersamaan dan toleransi serta taat pada hukum (hukum
negara, hukum adat dan hukum alam). Apabila telah mampu melaksanakan perilaku
hidup “Belom Bahadat”, maka akan teraktualisasi akan wujud “Belom
Penyang Hinje Simpei” yaitu hidup berdampingan, rukun dan damai untuk
kesejahteraan bersama”
Kayu Andung Nyahu
Kayu Andung Nyahu
juga kayu yang ada dipantai danum Sangiang (Khayangan), secara
nama jika dikaitkan maka Nyahu/Kilat/Petir selalu berkaitan dengan Tuhan Yang
Maha Kuasa atau Ranying Hatalla, yang termakna kerangka hidup ketiga umat Hindu
Kaharingan adalah kepercayaan akan Tuhan yang berupa Spiritual atau Agama.
Agama merupakan salah makanan bagi manusia, tidak seperti makan nasi lalu
terasa kenyang, hal itu hanya untuk jasmani/fisik, namun rohani/jiwa memiliki
makanan lain yang tak terlihat kasat mata seperti jiwa itu sendiri yaitu
spiritual sehingga kita akan selalu merasa damai, selalu bersyukur dan rasional
dalam mengambil keputusan dalam hidup.
Dilihat dari tujuannya
maka agama merupakan jalan untuk
mencapai kebahagiaan rohani dan kesejahteraan hidup jasmani atau kebahagiaan
secara lahir dan bathin. agama juga merupakan kebenaran abadi yang mencakup seluruh jalan
kehidupan manusia yang diwahyukan oleh Tuhan dengan tujuan untuk menuntun manusia dalam mencapai
kesempurnaan hidup yang berupa kebahagiaan yang maha tinggi dan kesucian lahir
bathin.
Jadi ketiga kerangka yang kita ibaratkan Garing Hatungku
Tungket Langit atau dalam makna bebas tiga kayu yang menyangga langit
adalah Kayu Pampang Seribu (Ilmu Pengetahuan dan Tehnologi), Kayu
Erang Tingang (Adat Istiadat/Belum Bahadat) dan Kayu Andung Nyahu
(Spiritual/Agama), sepatutnya tiga hal diatas sudah dimiliki oleh umat Hindu
Kaharingan sehingga kualitas umat sampai hari ini tidak diragukan, akan tetapi
pada pelaksaanan kita terkadang tidak begitu memperhatikannya dan kurang
telaten dalam menjalankannya, sehingga alangkah baiknya mulai dari saat ini
tiga konsep yang sudah ada sejak lama kita gunakan sebagai kerangka acuan
hidup, sehingga “Mangat Tau Akan Tangeran Lewu Mandereh Danum
Pananggak Rundung Hapamantai Tambun, Bara Tumbang Batang Danum sampai Hulu
Sungei Jalayan”
Artinya; Agar kehidupan kita menjadi contoh dan sauritaladan bagi
orang lain dari muara sungai sampai kehulunya (seluruh dunia)”
No comments:
Post a Comment