Gambar

Gambar
SELAMAT MEMBACA,HATAMUEI LINGGU NALANTAI HAPANGAJA KARENDEM MALEMPANG

08 June 2011

PEMAKNAAN AUH LUNAS MUJAN BALAI/AYAT-AYAT MUJAN BALAI DALAM KEHIDUPAN MANUSIA


D
alam melakukan kegiatan balian para Basir (Pemimpin Ritual) melakuan nyanyian suci yang disebut Lunas Balian, setiap munduk balian para Basir melakukan lunas ditemani dengan alat musik Katambung (alat musik tabuh) prosesi melakukan lunas cukup panjang mulai dari Narinjet dan Nantilang Liau sampai dengan Lunas Pambuli Sangiang. Demikian dibawah ini kita akan mendengar pengelan Lunas/Tuturan ayat Balian Mujan Balai dalam prosesi ritual Balian, perlu dijelaskan bahwa Mujan Balai adalah suatu prosesi dimana balian menjelaskan bahwa beras yang mereka jadikan media penghubung antara para balian dengan Sangiang Tarantang Garu (leluhur yang menjadi sahur para basir), seperti demikian dibawah ini;

“Gemerincing suara tawur menghujani seluruh ruang balai, bagaikan suara jala terlepas dari gantungannya”


“Tawur turun dan tiba diantara para sangiang yang sedang duduk berkumpul didalam ruangan balai tua pimpinan”

“Dengan kehadiran tawur diantara merekapun jadi gemetar dan mereka merasa kaget”

“Tawur berada diantara para sangiang, ditengah kelompok anak-anak, dewasa dan orang-orang”

“Mereka bertanya pada dirinya; mengapa badanku terasa gemetar binggung dan kaget?”

“Dikira dandang tingang terlepas jatuh dari ujung Sampulau Dare yang kupasang disisi Lawung, kenyataanya bukan demikian.”

“Dikira kalung emasku terlepas putus talinya yang baru saja dibuat tadi, juga bukan demikian”

“Serentak sangiang melihat diatas tikar, maka terlihatlah oleh mereka ada perjalanan tawur baru tiba”

“Barebutan sangiang duduk sama-sama ingin mengenal tawur, bagaikan burung tinggang berebut makan buah beringin”

“Saya menyebutnya tawur dari orang yang saat berjalan dihutan, akan tetapi Tawur ini tidak ada bercampur ricihan daun-daunan”

“Saya menyebutnya tawur dari orang yang melakukan perdamaian, akan tetapi Tawur ini tidak ada bercampur curia emas dari cincin emas”

“Saya menyebutnya tawur dari orang yang melakukan upaca pemandian suci pemberian nama, akan tetapi Tawur ini tidak ada bercampur mayang pinang, dan selanjutnya ayat 31,32,33,34,35,36 dan selanjutnya ayat 44”

“Mereka dengan serempak bersama-sama mengumpul Beras Tawur, kemudian menyimpan dan mengumpulnya Beras Tawur, kemudian menyimpannya memenuhi Garing Lalunjung Pulang”

Walaupun sesungguhnya Lunas Mujab Balai adalah bagian dari prosesi balian dan bagian dari ritual tetapi kita bisa mengambil sedikit makna untuk kehidupan kita sehari-hari, yaitu dalam proses menjalani hidup di dunia ini, ada beberapa hal yang menarik yang perlu dilihat untuk hal itu diantaranya

Disini telihat jelas ada sesuatu yang baru datang (Beras Tawur) yang terlihat sebagai benda asing pada saat itu, ketika adanya sesuatu yang asing maka akan adanya tanda-tanda dari dalam tubuh/pikiran atas hal yang baru tersebut dan akan memunculkan sebuah RESPON terlihat dari lunas balian diatas “Dengan kehadiran tawur diantara merekapun jadi gemetar dan mereka merasa kaget.”Adapun respon terhadap sesuatu yang baru datang (Beras Tawur)  maka yang terjadi adalah SEBUAH PERTANYAAN? dari pertanyaan ini maka akan muncul yang namanya HIPOTESIS jawaban sementara/ pandangan kasarnya tersebut terlihat dari frasa-frasa dari lunas “Mereka bertanya pada dirinya; mengapa badanku terasa gemetar binggung dan kaget?” Respon yang pertama dari SISTEM/PROSES didalam frasa-frasa ayat diatas adalah sebagai mana berikut “Dikira dandang tingang terlepas jatuh dari ujung Sampulau Dare yang kupasang disisi Lawung, kenyataanya bukan demikian.” Hal ini menunjukkan respon pertama yang dilakukan adalah melihat KEDALAM DIRI SENDIRI bukan MELIHAT KELUAR sampai melihat kedalam menjadi tuntas maka akan terjadi sebuah kesimpulan tertutup yang pasti YA dan TIDAK terlihat dari frasa-frasa lunas muja yang demikian “kenyataanya bukan demikian” maka barulah demikian Kita MELIHAT KELUAR Ketika kita melihat keluar maka akan lebih rumit karena HARUS DIANALISA coba kita lihat dari frasa-frasa “Saya menyebutnya tawur dari orang yang saat berjalan dihutan, akan tetapi Tawur ini tidak ada bercampur ricihan daun-daunan dan Saya menyebutnya tawur dari orang yang melakukan perdamaian, akan tetapi Tawur ini tidak ada bercampur curia emas dari cincin emas” mungkin disini ada yang.

Mempelajari filsafat yang lebih dalam!! Reoni dengan pengetahuan yang saya dulu pernah diajari untuk hal tentang Premis Mayor// Premis Monir// Kesimpulan serta KEKELIRUAN-KELIRUANNYA hal ini ditunjukkan juga dalam frasa-frasa ini tanpa kita harus melihat dimana kekeliruaanya untuk menganalisa dan suatu pola pikir yang terstruktur. Dalam suatu system ada sebuah TIM dalam TIM yang perlu diingat!!! adalah bukan berapa banyak orang hebatnya tetapi bagaimana kita melihat orang yang paling LEMAH dalam TIM tersebut serta sekecil apapun celah itu harus kita perhatikan, coba kita lihat analogi ini pada sebuah RANTAI jenis apapun yang saling menyambung, jika dalam sambungan tersebut dicoba untuk ditari dari satu ujung ke ujung lainnya maka pada daerah rantai-rantai yang paling kuat tidak perlu kita khawatirkan untuk terjadi putus tetapi pada rantai yang lemah dan rapuh itu yang sangat kita khawatirkan dan potensial besar untuk putus coba kita berkaca dari frasa-frasa “Mereka dengan serempak bersama-sama mengumpul Beras Tawur, kemudian menyimpan dan mengumpulnya Beras Tawur, kemudian menyimpannya memenuhi Garing Lalunjung Pulang dan yang lebihnya disimpan didalam SANGKU”.***

No comments: