Gambar

Gambar
SELAMAT MEMBACA,HATAMUEI LINGGU NALANTAI HAPANGAJA KARENDEM MALEMPANG

04 July 2014

DASAR-DASAR TAWUR DALAM RITUAL AGAMA HINDU KAHARINGAN

Pisor Melakukan Kegiatan Manawur

T
awur merupakan suatu rangkaian kegiatan upacara ritual keagamaan dengan tujuan melakukan hubungan dengan Tuhan (Ranying Hatalla Langit, Tuhan Tambing Kabanteran Bulan, Raja Tuntung Matan Andau, Jatha Balawang Bulau, Kanaruhan Bapager Hintan) yaitu hubungan antara manusia dengan dewa-dewa serta roh-roh suci para leluhur yang disebut Sahur Baragantung Langit, Parapah Baratuyang Hawun.
Upacara tawur dilaksanakan oleh umat Hindu Kaharingan untuk permohonan dan doa umat manusia didunia ini yang disampaikan dengan menggunakan bahasa Sangiang. Doa atau permohonan yang disampaikan dengan menggunakan beras tawur yang telah dipilih, seorang Basir (rohaniawan) melaksanakan tawur untuk membangkitkan roh yang terkandung dalam beras tawur dengan mantra-mantra, setelah itu roh beras tawur (Bawin Tawur) akan datang dan menjelma menjadi dewi/dewa sesuai dengan kepentingan upacara yang dilakukan, kemudian Basir meminta Bawin Tawur dengan tugas masing-masing untuk menyampaikan maksud dan permohonan dari pelaksanaan upacara tersebut.
Penggunaan beras tawur sebagai media upacara berlandaskan pada Kitab Suci Panaturan yang berbunyi Ehem-Ehem Behas,. Ucapan ini diyakini sebagai pernyataan/sabda Tuhan (Ranying Hatalla Langit) bahwa kekuasaan dan kekuatan yang terkandung dalam beras (behas) merupakan wujud nyata kekuatan dan kekuasaan Ranying Hatalla Langit. Salah satu ayat tawur yang sering digunakan oleh umat Hindu Kaharingan adalah “Panarinjetku ganam, kilau lunuk randan pakungan tingang, pararuguh labatan tingkah tapang ringkang pasanan antang”, artinya Kubangunkan roh kekuatan kemahakuasaan-MU, dari badan tempat tinggal-MU, bahwa di dalam behas tawur itu terkandung suatu roh yang mempunyai kekuatan dan kekuasaan untuk menyampaikan tujuan dan keinginan umat manusia kepada Ranying Hatalla Langit, Dewa, Roh Suci Leluhur yang gaib dan diyakini bahwa Ia ada dan selalu memberikan perlindungan dan pertolongan.

Peralatan Manawur
Dalam pelaksanaan upacara manawur ada beberapa peralatan yang perlu disediakan oleh Umat Hindu Kaharingan yang akan melaksanakan upacara manawur antara lain sebagai berikut :
1.     Amak Purun im-birang (tempat duduk manawur)
2. Tambak Behas (beras yang ditaruh dalam sangku), sipa ruku (rokok dan penginangan)
3.     Mangkuk kurik eka behas tawur (Mangkuk kecil tempat beras tawur)
4.     Garu manyan (kemenyan), parapen (perapian/dupa)
5.     Tampung Tawar
6.     Behas tawur (Beras Tawur)
7.     Kasan Undus (Minyak Kelapa)
8.     Pakaian 1 stel (satu stel) yang diberikan kepada Basir/Rohaniawan

Persiapan Manawur
Seorang Basir/Pisor/Rohaniawan sebelum melaksanakan manawur harus mempersiapkan diri agar dalam pelaksanaan tidak mendapatkan hambatan dan rintangan dengan :
1. Menggunakan pakaian adat (Pakaian Sakarut Antang) atau disesuaikan dengan keadaan, waktu dan tempat pelaksanaannya.
2.     Dalam keadaan bersih
3. Arah munduk manawur naharep matan andau belum (arah duduk manawur menghadap kearah matahari terbit/menghadap pintu masuk rumah)
4. Kelengkapan sesajen, semua peralatan upacara manawur (tabur beras) harus dipersiapkan

Behas (Beras) Tawur
Beras dalam bahasa sangiang adalah Behas parei manyangen tingang. Bahwa di dalam beras telah terkandung wahyu/pesan Ranying Hatalla Langit, Jatha Balawang Bulau. Keyakinan ini dilandasi oleh salah satu ayat tawur : “Bitim behas parei manyangen tingang, pulut lumpung penyang hadurut akan pantai danum kelunen malentur luwuk kampungan bunu” artinya beras diturunkan kedunia untuk menjadi pedoman hidup dan menjadi pegangan hidup umat Hindu Kaharingan. Selanjutnya pengertian beras dijelaskan pula dengan ayat tawur “kalabien bitim Hatalla tuntung tahaseng pantai danum kalunen kalambungan balitam jatha tambing nyaman luwuk kampungan bunu, bitim tau injam akan duhung luang rawei balitam pandai pulang tasih panyaruhan tisui” artinya sesungguhnya beras mempunyai suatu kelebihan selain sebagai penyambung hidup manusia, beras pula satu-satunya yang dapat menjadi perantara (penghubung) antara manusia dengan Ranying Hatalla Langit.
Menurut keyakinan Hindu Kaharingan bahwa pada masa penciptaan alam semesta, Ranying Hatalla menciptakan beras untuk menjaga kelangsungan kehidupan keturunan Raja Bunu yang menjadi asal umat manusia di dunia ini dan juga bisa digunakan sebagai sarana hubungan manusia dengan Ranying Hatalla Langit, umat Hindu Kaharingan merupakan keturunan Raja Bunu meyakini bahwa di dalam beras itu telah terkandung kekuasaan Ranying Hatalla Langit sehingga dapat menjadi sarana untuk menghubungkan umat manusia dengan Ranying Hatalla. Jadi behas tawur adalah beras yang telah dimantra-mantra oleh ulama Hindu Kaharingan dengan maksud memohon berkat, petunjuk dan melakukan hubungan dengan Ranying Hatalla melalui roh suci para leluhur. 

Fungsi Behas (Beras) Tawur
Behas tawur berfungsi untuk menghubungkan, mengundang dan memberitahukan kepada roh-roh suci, para leluhur yang disebut Sahur Baragantung Langit, Parapah Baratuyang Hawun melalui beras yang telah dimantra-mantrai oleh Basir/Pisor, beras dimantrai dengan maksud memberitahukan kepada Sahur Baragantung Langit, Parapah Baratuyang Hawun bahwa pada saat ini sedang dilaksanakan upacara keagamaan, agar melalui beras yang telah terkandung kekuasaan dan kekuatan Ranying Hatalla Langit dapat menghubungkan dan menyampaikan tujuan tawur yang dilaksanakan oleh Umat Hindu Kaharingan.  Roh beras tawur yang telah dimantrai menjelma menjadi :
1.     Putir Bawin Sintung Uju (Tujuh Putri Tawur) yaitu :
a.     Indu Rangkang Panekang Tulang (sumber segala kekuatan lahir bathin),
b.     Mina Runting Paniring Uhat (sumber segala kekuatan lahir bathin),
c.      Indu lambung Panunjung Tarung (sumber segala kebijaksanaan),
d.     Mina Timpung Bapayu rawei (kalimat-kalimat suci, sumber segala petunjuk bagi umat manusia),
e. Mina Rantaian Ganan Behas (sumber segala kasih sayang, kerukunan dan kesejahteraan hidup),
f. Mina Lingga Ganan Tawur (sumber segala kasih sayang, kerukunan dan kesejahteraan hidup),
g.     Mina Miring Penyang (sumber iman sebagai tuntunan yang membimbing umat manusia agar hidup sempurna di dunia dan diakhirat), digunakan untuk manawur pada upacara nyadiri, pakanan sahur lewu, pakanan sahur parapah, sahur keluarga, manenung/mohon petunjuk) dan manajah antang.

2.     Manyamei Hatuen Tawur yaitu
a.     Hanjung Tahanjungan Hanyi
b.     Lambung Kalambungan Enteng Yang Digunakan Untuk Manawur Mampakanan Pali (Pada Saat Upacara Perkawinan) Dan Mampakanan Pali Waktu Upacara Tiwah Serta Manawur Mambaleh Bunu
c.      Etan Bulau Marikahan Langit, Teras Kayu Ganggang Haselan, Etan Bulau Tenek Penyang, Teras Kayu Tunjung Nyahu, Digunakan Untuk Manawur Pada Saat Munduk Hanteran Dalam Upacara Tiwah, Pahanteran Liau (Tiwah) yang Dilakukan Oleh Handepang Telun (Tukang Hanteran)

Jenis Behas Tawur
Ada beberapa jenis behas tawur yang digunakan dalam setiap upacara keagamaan umat Hindu Kaharingan antara lain :
1.   Beras Tawur digunakan untuk nyadiri, pakanan sahur lewu, pakanan sahur parapah, sahur keluarga, manenung/mohon petunjuk) dan manajah antang, manawur mampakanan pali (pada saat upacara perkawinan) dan mampakanan pali waktu upacara tiwah serta manawur mambaleh bunu) adalah beras dicampur emas dan perak
2.  Beras Tawur digunakan untuk upacara balian tantulak burung dahiang lapik gawi adalah beras dicampur kikisan peralatan tampung papas, humbang salentup (aur/bambu)
3.     Beras Tawur digunakan untuk upacara balian tantulak ambun rutas matei (upacara menjauhkan dari bala kematian dan sial) adalah beras dicampur kikisan peralatan tampung papas, humbang salentup dan lumpang liau
4.   Beras Tawur digunakan untuk upacara balian manyaki (mohon keselamatan), balian mambuhul (memohon berkat) dan balian balaku untung (mohon anugerah) adalah beras dicampur daun sawang dan racikan kayu lambang palangka
5.  Beras Tawur digunakan untuk upacara balian tiwah (Basir munduk dan hanteran/ pahanteran liau, tiwah) yang dilaksanakan oleh handepang telun (tukang hanteran) adalah beras yang dicampur kikisan peralatan tiwah seperti bulu hewan kurban, racikan kayu peti tulang, aur dan kayu sangkaraya, kayu sapundu yang dipotong kecil sehingga dapat dicampur dengan behas tawur.
6.   Beras Tawur digunakan untuk upacara penguburan adalah beras dicampur kunyit, darah ayam, babi, penginangan dan rukun tarahan.

Munduk Manawur
Munduk manawur adalah mulai melaksanakan tawur, pada saat ini seorang rohaniawan (Basir) Hindu Kaharingan mengucapkan mantra yang berisi permohonan kepada sahur parapah (roh suci leluhur) yang merupakan manifestasi Tuhan Yang Maha Esa/Ranying Hatalla Langit, Jatha Balawang Bulau. Menyampaikan permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui sahur baragantung langit, parapah baratuyang hawun. Dalam melaksanakan manawur seorang rohaniawan/Basir mempersiapkan diri terlebih dulu baik kesehatannya, kemampuannya dalam melaksanakan tawur, pakaian dan kelengkapan semua sajen yang diperlukan dalam upacara itu.
Seorang Basir/Pisor memasang lilis lamiang dipergelangan tangan disebelah kanan pada saat melaksanakan tawur, Basir dalam melaksanakan tawur mempunyai kejujuran dan tanggung jawab terhadap upacara yang dilaksanakannya agar tidak terjadi kesalahan dalam pelaksanaannya.

(Dikutip Dari Tulisan Metryadi U Bunu)

No comments: