Gambar

Gambar
SELAMAT MEMBACA,HATAMUEI LINGGU NALANTAI HAPANGAJA KARENDEM MALEMPANG

08 May 2012

SINON KANJOK PUTRA PEMBANGUNAN DI DESA HAPALAM KATINGAN





Sinon Kanjok Menawur
Sinon Kanjok adalah putra dayak asli yang lahir dan hidup ditanah Dayak, beliau adalah anak dari Kanjok dan Sani inon Kanjok adalah putra dayak asli yang lahir dan hidup ditanah Dayak, beliau adalah anak dari Kanjok dan Sani, putra kedua dari 8 (delapan) bersaudara, Sinon Kanjok lahir di Desa Hapalam pada tanggal 17 Agustus 1931 (80 tahun silam), terlahir dari keluarga yang sederhana sehingga membuat beliau yang sejak kecil sudah memahami, bersahabat dan hidup dengan alam serta keadaan adat budaya spiritual suku dayak terkhususnya daerah aliran sungai Katingan, lahir dimasa-masa Indonesia ketika sulit yaitu pada jaman penjajahan tidak membuat beliau mengalami  suatu kondisi yang kurang menyenang, cerita beliau tentang masa-masa silam beliau, membuat para anak/cucunya akan merasa lebih bangga hidup dan tinggal di tanah Dayak tercinta.
Perjalanan hidup terus berlalu, waktu tetap berjalan dan kehidupan mengikuti hukum keadaan yang diatur oleh sang Pencipta, dimasa penjajahan yang sulit akan pendidikan tidak membuat surut beliau untuk menempuh pendidikan secara formal walaupun hanya mampu tamat dari SR (Sekolah Rakyat) dimasa itu, untuk mendapat pengetahuan yang lebih semua didapat secara autodidak (belajar mandiri), beranjak dari masa sekolah menuju ke masa muda beliau menemukan seorang perempuan yang juga merupakan putri dayak asli bernama Dayah, mereka menikah didesa Hapalam yang kemudian memiliki 12 anak (7 laki-laki dan 5 perempuan dimana 2 diantaranya meninggal ketika anak-anak).
Perjalan hidup beliau tetap berjalan sebagaimana adanya orang lain yang tinggal di desa Hapalam, namun perbedaannya adalah kehidupan sosial dan keorganisasian serta kehidupan spiritual yang beliau jalani didalam hidupnya, catatan rapi yang tertulis didalam buku-buku tersalin dengan indah sampai akhirnya beliau meninggalkan tanah Dayak tercinta ini untuk menyatu kembali dengan Ranying Hatala (Tuhan Yang Maha Segalanya), sebagaimana ia datang dan ia kembali (jalan tesek, jalan buli). Hal tersebut sungguh membuat penulis terkagum-kagum.
Cerita hidup tentang jaman penjajah dan gerakan merah putih ketika itu hanya didengar ketika sekilas dari beliau ketika hidup, perjalan beliau (mengunakan kelutuk dan lanting) dijaman berdagang dan berjualan ke arah Banjarmasin ditempu dulu meninggal suatu cerita ketika beliau ditembak oleh para penjajah didalam perjalanannya ke muara melewati daerah Mendawai, selain itu cerita mencari alat-alat rumah dari daerah hulu yang hanya berbekalkan lanting kayu melewati berbagai riam sungguh tidak terbayangkan sulitnya kehidupan dimasa itu.
Dari kehidupan beliau yang tidak kalah menariknya adalah menjadi seorang Dukun Bayi (Bidan Kampung “Anggapan orang desa”) kehidupan sosial ini membuat beliau tampak menjadi lebih dekat dengan siapapun karena beliau tidak hanya menolong ibu-ibu yang melahir didaerah desa Hapalam tetapi juga daerah-daerah di Kec. Tewang Sangalang Garing karena kegigihan dan keuletan beliau banyak orang memangilnya dengan pangilan Bue Bidan, yang bagi penulis beliau teranggap Prof. Obsetri dan Ginekologi yang belajar secara autodidak, dimasa-masa ilmu kesehatan yang sudah memasuki aliran sungai Katingan beliau tidak merasa alergi untuk bekerja dengan tenaga kesehatan bahkan beliau pernah dilatih (program pemerintah dimasa itu) menjadi seorang Dukun Bayi, yang sungguh luar biasanya ketika beliau diusia lanjutpun tetap ada yang meminta bantuan, dengan alasan usia beliau tidak mampu lagi melakukan kegiatan tersebut.
Cerita lain yang tidak kalah menarik adalah kehidupan organisasi yaitu ketika beliau berusia 45 tahun tepatnya pada tangal 1 April 1976 menjabat menjadi kepala desa Hapalam, 13 tahun menjadi seorang kepala desa (14 Nopember 1988) bukan sesuatu yang mudah catatan rapi beliau tentang kegiatannya selama itu masih dibaca dan dinikmati, membangun desa adalah suatu kebangaan bagi beliau, mementingkan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi sangat jelas terlihat dari catatan beliau. Ini adalah sebagian cerita yang ditulis sebagai bentuk rasa kebanggan akan seorang yang dianggap luar biasa.
Kini beliau telah tiada hanya kenangan dan harapan yang tertinggal diantara inggatan anak,cucu, cicit dan semua keluarga, beliau menutup mata di usia yang ke 80 di Desa Hapalam Kecamatan Tewang Sangalang Garing Kabupaten Katingan tanggal 13 Desember 2011 Pukul 16.20 WIB, beliau adalah Pahlawan Bagi Ku dan Keluarga. 5 (lima) bulan beliau telah meninggalkan kami, setiap pulang kampung dan berada dirumah saya teringat akan beliau yang selalu duduk dipelantaran rumah untuk menikmati enak angin sepoi-sepoi, selamat jalan Kakek ini hanyalah sebagian dari ungkapan yang lama ingin disampaikan. Jalan Tesek, Jalan Buli Jalan Hatala Manenga Asi, Terima Kasih Tuhan telah memberikan kesempatan untuk didikdik oleh beliau.

No comments: