Gambar

Gambar
SELAMAT MEMBACA,HATAMUEI LINGGU NALANTAI HAPANGAJA KARENDEM MALEMPANG

22 July 2013

ANUGERAH TIWAH PADA SANGKAIRAYA.





S
emua orang yang pernah melihat, menonton ataupun melaksanakan ritual Tiwah pasti mengatakan bahwa ritual tiwah merupakan ritual yang sangat megah, penuh dengan banyak orang dari berbagai tempat, keramaian yang sangat luar biasa dengan berbagai macam kegiatan hal ini disebabkan oleh berbagai bentuk aktivitas sosial kemasyarakatan yang melingkupinya dan tidak kurang aktivitas tersebut sangat menarik perhatian banyak orang (bagi keluarga dan tamu) sehingga banyak yang datang untuk melihat Ritual Tiwah. Dahulunya bahkan mungkin ada sampai sekarang banyak orang jika ditanya ingin kemana? ketika tujuan perjalanannya mendatangi Ritual Tiwah, maka dijawab mendatangi “Pesta” Tiwah, dimana kata “Pesta” tersebut menunjukan hal yang penuh dengan keramaian. Tetapi  apakah itu sebenar yang menjadi objek utama bagi orang-orang didalam Ritual Tiwah?
Bagi orang-orang yang kurang terlalu memahami apa itu Ritual Tiwah bisa jadi mengatakan “ia betul” karena memang dilihat secara nyata banyak orang mendapat hasil yang berlimpah ruah dari kegiatan ritual tersebut. Bagi para pedagang misalnya dengan mudah mendapatkan pembeli dan barang akan laris manis serta meraup keuntungan yang lumayan fantastis selain itu bagi pembeli itu saat yang ditunggu untuk mendapatkan barang idaman, pada kondisi yang berbeda bagi para pengemar dunia perjudian hal itu merupakan saat-saat yang praktis untuk mendapatkan uang, hanya dengan duduk santai sambil menghabiskan satu-dua batang rokok untuk menunggu pasangannya tepat dan mendapatkan imbalan dari itu, kejadian yang demikian merupakan suatu anugrah bagi mereka. Begitu juga sebaliknya bagi Bandar Judi.

Makna kematian dan Tiwah bagi umat Hindu Kaharingan?

Tiwah adalah ritual yang sangat disucikan karena merupakan ritual tingkat terakhir dimana dengan ritual tiwah Roh Anak Liau dapat menyatu kembali kepada Ranying Hatala (Tuhan) sebagaimana ia datang dan kembali kepada-Nya dan hal itu jelas didalam ayat-ayat Panaturan sebagai berikut
Panaturan 31: 9
Tinai mangat ikau katawan Raja Bunu, kahain kuasangKU ije tege, iete manjapa sahapus kalunen dan AKU tuh kea ije tamparan taluh handiai, kelute kea AKU tuh ije akan kahapus kareh. Hayak uluh kalunen kareh akan matei dan buli AKU kea.
"Untuk engkau mengetahuinya Raja Bunu, betapa besarnya kuasaKU yang ada, yaitu menciptakan seluruh manusia dan AKU adalah awal dari segalanya, begito juga AKU adalah akhir dari semua. Begitu nantinya manusia akan mati dan kembali kepada KU"
Panaturan 41: 5
Limbah te hamauh tinai Ranying Hatala kuae: dengan Raja Uju Hakanduang Kanaruhan Hanya Basakati. Ewen Tiwah Suntu tuh mangat akan Suntu Taladan akan anak esu dapit jeha uka tau manumu hayak malalus jete tumun sapuna
"Setelah itu Ranying Hatala bersabdha katanya: dengan Raja Uju Hajanduang Kanaruhan Hanya Basakati mereka Tiwah Cotoh ini supaya menjadi Contoh untuk keturunannya nanti agar mereka dapat melaksanakannya sesuai dengan yang sebenar"
Panaturan 41: 6
Tuntang gawin paniwah tuh ilalus ewen uka Raja Bunu tege into Lewu Batu Nindan Tarung Kereng Angkar Bantilung Nyaring, awi ie kareh ije majar anak esu, Tiwah Suntu amun uluh te matei buli AKU
"Begitu tiwah ini dilaksanakan mereka agar Raja Bunu ada di Lewu Batu Nindan Tarung Kereng Angkar Bantilung Nyaring, karena dia yang nanti mengajarkan keturunannya, Tiwah contoh ketika keturunannya meninggal dunia dan kembali kepada KU"

Letak anugerah Tiwah untuk keluarga yang melaksanakan Tiwah dan yang menyaksikan ritual tiwah?

Perjalanan Roh Anak Liau dapat kita dengar dalam tuturan ayat-ayat suci yaitu salah satunya ketika lunas Hanteran perjalanan panjang melewati berbagai macam tempat penyucian bersama Sangiang Raja Lingga Rawing Tempun Telun Tinggang dengan Lanting Samben Nampalang Penyang, Haki Runtung Ngangkuang Santangi, Enjung Bunu Nyalawi Bungai (Persi Panaturan) yang mana ketika perjalanan ke Batang Danum Injam Tinggang (dunia) kemudian sangiang Raja Lingga Rawing Tempun Telun Tinggang diwakili oleh sangiang Telun Mama Tambun Bunu dan sangiang Hamparung Apang Kandayun Lanting untuk menjemput Roh Anak Liau dari sebuah tempat yang disebut Bukit Pasahan Raung untuk diantar kembali menyatu dengan Ranying Hatala Langit (Tuhan) dan para sangiang dilewu Tatau (sorga), dalam proses dari lewu  Bukit Pasahan Raung ke Batang Danum Injam Tinggang (dunia) Roh Anak Liau yang ditiwahkan tidak hanya membawa dirinya saja melainkan juga memohon berkat, anugerah bagi keluarga dan sanak saudara hal ini dipaparkan dalam Panaturan sebagai bagian dari lunas Hanteran sebagai berikut.

Panaturan 58 : 239
Hagagahan liau Haring Kaharingan nikap kayun penyang karuhei tatau, bara Bukit Kaminting, Bukit Raya, Laping Tiung, Pisak Pinggan, Kait Bulan, Bukit Bondang, limbah jadi te ewen gandang halalian buli nanturung lewu ngetang tiwah tinggang
"Mereka mengantar Liau Haring Kaharingan mencari dan mengambil Kayun Penyang Karuhei Tatau dari Bukit Bukit Kaminting, Bukit Raya, Lamping Tiung, Pisak Pinggan, Kait Bulan, Bukit Bondang, dan setelah itu mereka pulang kembali menuju kampong tempat pelaksanaan."
Panaturan 58 : 242
Tutuk jadi  ngalingu, Telun Mama Tambun Bunu ewen ndue Hamparung Apang Kandayun Lanting mimbit tinai kakaren Liau Haring Kaharingan nanturung Garing Sangkairaya Mendeng, je bagantung lawang parintaran tingang, hete gagenep Liau Haring Kaharingan nganjan ngaliling Garing Sangkairaya Mendeng, hayak nunjung lahap rawing, kilau mapau bulan lembut, hayak kea bahing gandang garantung.
"Selesai mereka mengenang kehidupan didunia; kemudian sangiang Telun Mama Tambun Bunu dan sangiang Hamparung Apang Kandayun Lanting membawa lagi setiap Liau Haring Kaharingan menuju Garing Sangkairaya Mendeng yang berada dipekarangan, dan disitu setiap Liau Haring Kaharingan manganjan (tarian sakral) mengelilingi Garing Sangkairaya Mendeng, seraya malahap bersama-sama disertai bunyi gendang dan gong."
Pada ayat diatas sangat jelas ditegaskan bahwasannya anugerah yang dibawa oleh roh Roh Anak Liau dan sangiang dalam Tiwah adalah ketika dilakukannya ritual Manganjan (ketika keluarga melakukan tarian sakral) mengelilingi Pasar Sababulu yang didalamnya terdapat Garing Sangkairaya Mendeng yang disimbolkan selalu mengeluarkan Danum Nyalung Kaharingan Belum (air suci kehidupan), pada simbol Pasar Sababulu yang dibuat dari bambu yang membentuk lingkaran menunjukan ketekatan hati yang bulat untuk menerima anugerah dari Ranying Hatala (tuhan), kebulatan tekat tersebut juga termakna kebahagian keluarga dengan menyatunya Liau Haring Kaharingan (roh yang diTiwahkan) kepada-Nya.
Tarian sakral manganjan yaitu membentang kedua tangan dengan jari-jari terbuka kemudian dikepalkan lalu kepalan kedua tangan menyatu menuju kearah dada dan turun kebawah memaknai untuk memohon anugerah dari Ranying Hatala (Tuhan) dan diterima dalam kepalan tangan yang kemudian disimpan dalam jantung dan relung hati setiap orang yang melakukan ritual***

No comments: