Gambar

Gambar
SELAMAT MEMBACA,HATAMUEI LINGGU NALANTAI HAPANGAJA KARENDEM MALEMPANG

22 July 2014

BAWI AYAH PENDIDIKAN LISAN DI ZAMAN KEDUA DAYAK



P
endidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh individu atau sekelompok orang dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu suatu perubahan dalam hidup dan pergaulannya.  Pengertian pendidikan secara legalitas dapat dilihat di dalam Ketetapan Majelis Permusyawarahan Rakyat Rebuplik Indonesia Nomor II / MPR/ 1988 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara. Dalam GBHN tahun 1988, “pendidikan dibatasi sebagai proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia”(Daryanto, 1996).

Pendidikan dapat dilakukan seumur hidup dan dapat dilaksanakan  di dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu pendidikan merupakan serangkaian kegiatan yang ada di dalamnya dengan tujuan menciptakan manusia yang berkualitas dan berguna.
Pendidikan dalam agama Hindu Kaharingan merupakan sebuah keharusan yang mutlak dimiliki oleh umat Hindu Kaharingan sebagai dasar menjalani kehidupan di dalam Pantai Danun Kalunen (Dunia) dengan selalu berpedoman pada wahyu Ranying Hatalla Langit yang termuat di dalam Kitab Suci Panaturan.

Di dalam kitap suci Panaturan pasal  41 ayat 6 dan 32 dijelaskan bahwa ilmu pengetahuan dan proses pendidikan memang bersumber dari ajaran Ranying Hatalla Langit yang berbunyi demikian :

Pasal 41 ayat 6 :
“Ketun majar ewen nampara bara gawi ije pangkakurike sampai gawi ije pangkahaie, kilau ampi ketun ije manarima ajar bara Ranying Hatalla huang taharep Raja Bunu intu Lewu Bukit Batu Nindan Tarung hemben huran”(Panaturan pasal 41 ayat 6)

Artinya,
“Kalian mengajarkan mereka mulai dari upacara yang terkecil sampai upacara terbesar, sebagaimana kalian telah menerima ajaran dari Ranying Hatalla langit dihadapan  Raja Bunu di Lewu Bukit Batu Nindan Tarung saat dahulu”.

Pasal 41 ayat 32 berbunyi ;
“Ewen jadi sembang lewu tutuk juking, te ewen handiai ije mayewut Bawi Ayah nampara nantuajar uluh kalunen balian, bara gawi ije pangkakurik palus gawi ije pangkahai, kalute kea manampara kare katupat, sukup saregap, manumun ampin gawie, hayak ewen kea nantuajar ampin uluh matuh kabaluma belum, ma tuh kakare gawi gawian”. (Panaturan Pasal 41 ayat 32).

Artinya :
“Setibanya di Lewu Tutuk Juking, mereka yang dinamakan Bawi Ayah mulai mengajarkan tatacara balian, dari upacara yang terkecil sampai kepada upacara terbesar, demikian pula membuat bermacam-macam bentuk ketupat sesuai menurut upacara yang dilakukan dan mereka pula mengajarkan bagaimana tata cara manusia mengatur kehidupnya dan mengatur segala tugas pekerjaannya”.

Dari penjelasan didalam Panaturan diatas jelaslah bahwa dalam keyakinan agama Hindu Kaharingan, bahwa ilmu pengetahuan itu bersumber dari Ranying Hatalla Langit yang disampaikan melalui Raja Uju Hakandungan dan dilanjutkan Bawi Ayah kepada keturunan Raja Bunu di Pantai Danun Kalunen. Ilmu pengetahuan yang diajarkan langsung oleh Ranying Hatalla Langit kepada Raja Uju Hakandungan adalah merupakan ajaran suci yang diberikan kepada Raja Bunu dan Keturunnya sebagai jalan memperoleh kehidupan yang sejahtera dan damai serta dapat kembali menyatu bersama Ranying Hatalla Langit. Oleh sebab itu ilmu pengetahuan yang diajarkan oleh Ranying Hatalla langit adalah ilmu pengetahuan yang sangat diagungkan oleh umat Hindu Kaharingan dan wajib dilaksanakan sebagai pedoman kehidupan dan mencapai hidup yang sejahtera dan damai. Dalam proses pengajaran Bawi Ayah kepada keturunan Raja Bunu  di desa Tutuk Juking, yaitu desa yang dipilih oleh Raja Ungkuh Batu,Tuhan Jenjang Liang sebagai tempat yang tepat untuk berkumpulnya keturunan Raja Bunu dari berbagai aliran sungai dan pelosok Pantai Danun Kalunen untuk dapat menerima ajaran pengetahuan dari Ranying Hatalla langit melalui rombongan Bawi Ayah selama kurang lebih tujuh tahun.  Rombongan Bawi Ayah yang terdiri dari Raja Tunggal Sangumang, Raja Mantir Mama Luhing Bunagi, Raja Rawin Tempun Telun, Raja Duhung Mama Tandang, Raja Linga Rawin Tempun Telun, Raja Garing Hatungku, Nyai Endas Bulau Lisan Tinggang, Nyai Inai Mangut.

Rombongan Bawi Ayah ini bertugas untuk mengajarkan kepada keturunan Raja Bunu tentang bermacam-macam ilmu pengetahuan dan berbagai macam upacara ritual dalam agama Hindu Kaharingan yang berguna bagi semua keturunan Raja Bunu dalam menjalankan kehidupannya, ada pun ajaran yang diajarkan oleh rombongan Bawi Ayah kepada anak keturunan Raja Bunu adalah: 

a.  Pelaksanaan Balian : Balian Tantulak Dahiyang Baya, Balian Manyaki, Balian Mambuhul, Balian Balaku Untung dan ritual balian lainnya dari yang terkecil sampai yang terbesar. Jenis balian ini merupakan jenis balian yang diajarkan oleh Raja Tunggal Sangumang, Raja Mantir Mamaluhing Bungai dan Raja Rawin Tempun Telun. Balian ini secara garis besar bertujuan untuk membantu umat Hindu Kaharingan dalam menjalani hidupnya dan meminta rejeki, kesehatan,umur panjang, serta menolak marabahaya serta tujuan lainnya.
b. Pelaksanaan Balian yang berhubungan dengan ritual kematian dalam keyakinan umat Hindu Kaharingan sebagai proses pengembalian keturunan Raja Bunu kepada Ranying Hatalla langit, adapun proses balian tersebut : Balian Tantutal Ambun Rutas Matei, Perjalanan Banama Nyahu dan upacara ritual lainnya yang berhubungan dengan upacara ritual kematian dari upacara ritual yang terkecil sampai pada upacara ritual yang terbesar.
c.  Pelaksanaan upacara ritual Hanteran dan upacara ritual Tiwah bagi umat Hindu Kaharingan sebagai jalan pengembalian Salumpuk Liau kepada zat yang paling sempurna yaitu Ranying Hatalla langit. Biasanya upacara ritual Tiwah merupakan salah satu bentuk upacara terakhir bagi umat Hindu Kaharingan sebagai jalan proses peyatuan salumpuk liau dengan Ranying Hatalla Langit di lewu Tatau.
d. Pelaksanaan upacara ritual yang bertujuan untuk proses kelangsungan hidup umat Hindu Kaharingan di dalam Pantai Danun Kalunen. Adapun jenis-jenis upacara ritual yang diajarkan adalah : upacara ritual perkawinan, upacara ritual kehamilan, ritual kelahiran bayi, upacara ritual Nahunan, dan upacara lainnya yang berhubungan dengan proses kehidupan umat Hindu Kaharingan di dalam Pantai Danum Kalunen dari upacara ritual yang paling kecil sampai pada upacara yang terbesar.
e. Mengajarakan tentang proses pembuatan semua sarana-sarana dan simbol-simbol yang digunakan dalam proses upacara ritual Hindu Kaharingan dari proses upacara bagi kehidupan sampai pada upacara ritual kematian dalam Hindu Kaharingan semua diajarkan kepada keturunan Raja Bunu. Oleh sebab itu setiap kali umat Hindu Kaharingan melaksanakan upacara ritual agamanya selalu saja mengunakan sarana upacara keagama sebagai sarana pelengkap dari upacara ritual tersebut.
f. Mengajarkan tentang proses hidup bersama, tingkah laku, memanfaatkan semua ciptaan Ranying Hatalla Langit, menjaga alam semesta serta proses pendidikan dalam keluarga dan masyarakat dimana umat Hindu Kaharingan berada dengan tujuan akhirnya adalah mencapai hidup yang sejahtera dan damai. (Panaturan,1979).

Dapat disimpulkan bahwa konsep pendidikkan dalam ajaran Bawi Ayah adalah bersumber dari ajaran suci yang langsung diberikan oleh Ranying Hatalla Langit kepada keturunan Raja Bunu. Ajaran Bawi Ayah tidak hanya terbatas ajaran ritual upacara melainkan mengajarkan tentang hurup aksara dan tata cara penulisan kepada keturunan Raja Bunu sebagai dasar melangkapi kehidupan keturunan Raja Bunu. Oleh sebab itu pendidikan adalah hal utama dalam proses bersama kokohnya ajaran Kaharingan dalam kelangsungan ajaran Kaharingan.

No comments: