Gambar

Gambar
SELAMAT MEMBACA,HATAMUEI LINGGU NALANTAI HAPANGAJA KARENDEM MALEMPANG

18 July 2014

MANENUNG UPACARA MENCARI PETUNJUK PADA MASYARAKAT DAYAK NGAJU

Add caption
U
pacara Manenung adalah “Suatu Upacara untuk mencari atau meramal sesuatu yang tidak bisa manusia ketahui secara akal sehat, akan tetapi dapat ditemukan atau diketahui akhirnya” Selain itu ada yang mengatakan bahwa upacara Manenung adalah “Upacara Manenung adalah salah satu cara untuk mencari atau mendapatkan petunjuk dari dewa/ leluhur oleh manusia yang sudah tidak dapat ditemukan dengan berbagai cara agar untuk diselesaikan atau ditemukan penyebab/ sumbernya dan selanjutnya dilaksanakan upacara sesuai dengan petunjuknya”.
Manenung adalah memberitahukan dan menggunakan malaikat Tuhan yang disebut dengan “Putir Santang Bawi Sintung Uju, yang bertempat tinggal di Lewu Tasik Baragantung Langit (Rahan Dare)/Khayangan untuk hadir di rumah tempat melaksanakan upacara Manenung berlangsung. Kemudian setelah IA (Dewi) itu datang barulah kita memohon petunjuk kepada beliau tentang yang ingin ditemukan atau dicari, pertanyaannya adalah bagaimana kita mengatuhi petunjuk tersebut diberikan oleh para Sagiang yaitu sesuai dengan jenis manenungnya, misal pada manenung mengunakan baliung maka jika yang ditanyakan benar maka baliung akan bergerak dan berputas dengan sendirinya dan jika tidak benar maka baliung tersebut tidak bergerak sedikit pun, baliung berbera maksud tersebut tanpa intervensi atau perlakuan apapun.

Contohnya:  Kita bisa mencari/ meramalkan barang yang tenggelam kedalam air atau tercecer, penyakit yang sudah tidak bisa disembuhkan atau diobati oleh tenaga medis dan dapat menemukan siapa orang yang biasa atau dapat mengobatinya, dan sebagainya.

Upacara ini tidak bisa digunakan untuk mencari atau meramal sesuatu yang bersifat tidak baik atau bermaksud jahat, hal ini karena Putir Santang Bawi Sintung Uju adalah Manifestasi Tuhan untuk melindungi atau memelihara ciptaannya sendiri, selain dewi seperti Putir Santang juga dengan kekuasaan para leluhur/sangiang yang lain.
Untuk upacara Manenung atau pemujaan-pemujaan terhadap leluhur/ para Dewata tersebut dijelaskan dalam kitab suci Panaturan Pasal 41 ayat 25-27  berikut :
Pasal 41  :  Mangku Amat Sangen ewen ndue Nyai Jaya Nyangiang Saluh Sawak Bambang Nyangiang.
Mangku Amat Sangen dan Nyai Jaya Nyangiang berubah wujudnya
Ayat 25   :  Limah hakutak kalute, ungkup Jalayan palus lilap dia katawan tintu darie, uluh lewu Tutuk Juking paham hanjak angate, akan kueh pandarie ungkup jalayan te, diae ewen handung katawan, pehe tutu atei ewen mite kajadian ije kalute, ampie padahal ungkup jalayan jadi gandang halalian buli danum jalayan lewu telu kalabuan tingang.
Setelah berkata demikian, ungkup Jalayan lenyap dari pandangan mereka, mereka orang kampong Tutuk Juking sangat heran, kemana pergi ongko Jalayan lewu telu kalabuan tingang.
Ayat 26   :  Umbet jadi katahin endau limbah ungkup jalayan janjuraman akan uluh lewu telu juking te huang benteng hanjewu, metuh ewen are mananjung kumbang bataliung akan ngaju, akan ngawa, balalu metuh manampa jalahae malan, malauk mambilis, satiar bausaha, te salenga atun auh ije manampa Hengan ewen.
Beberapa lamanya setelah ungkup Jalayan memberitahukan kepada mereka di kampong teluk juking, disuatu pagi sewaktu mereka berjalan sepanjang kampong, sebagian sedang mencari ikan, ada juga yang sedang berusaha, tiba-tiba terdengar suara yang mengherankan mereka.
Ayat 27      :Tarahing auh taluh je guhup-guhup, letu-letus sinde auhe bara ngambu, ewen uras nampayah akan ngambu, te salenga taragitan ewen taluh ije durut-durut ampie tampayahe bara ngambu, palus muhun tende intu bentuk lewu juking
Terdengar suara bergemuruh dari arah atas, merekapunmelihat kearah atas, dan tidak diduga terlihat oleh mereka ada sesuatu turun perlahan-lahan dari angkasa dan langsung tiba ditengah-tengah kampong Tutuk Juking.

Sarana Upacara Manenung
Dalam setiap pelaksanaan upacara, sudah barang tentu yang perlu dipersiapkan adalah sarana upacaranya. Sarana tersebut tentu yang berkaitan dengan upacaranya dan tidak semua sarana yang digunakan itu sama. Dalam pelaksanaan upacara Manenung sarana yang digunakan pada dasarnya sama, namun maksud dan tujuan dari sarana tersebut berbeda-beda sesuai dengan fungsi masing-masing.
Dari setiap sarana yang digunakan dalam upacara ini adalah bersumber dari asal perubahan atau penjelmaan dari badan Mangku Amat Sangen, seperti :
1.           Gigi menjelma/ berubah menjadi (Basaluh) Baliung (mata belaying/ kampak).
2.           Sulah Utut (Bulatan Pada lutut) menjelma/ berubah menjadi Pisih (mirip uang)
3.           Tulang Betis menjelma/ berubah (basaluh) menjadi daun sirih,
4.           Telinga manjelma/ berubah (basaluh) menjadi daun sirih
5.           Otak menjelma/ berubah (Basaluh) menjadi ketuk (kapur sirih)
6.           Darah menjelma/ berubah (Basaluh) menjadi danum nyalung (air tirta)
7.           Rambut menjelma/ berubah (Basaluh) menjadi rotan
8.           Lidah menjelma/ berubah (Basaluh) menjadi daun sawang (dawen sawang)
9.           Kuku menjelma/ berubah (Basaluh) menjadi bendang bulau sangkalemu (bendang)
10.      Daging menjelma/ berubah (Basaluh) menjadi petak kasambuyan (tanah)
11.      Tulang rusuk menjelma/ berubah (Basaluh) menjadi dereh sanaman (pucuk besi)
12. Tulang pinggang menjelma/ berubah (Basaluh) menjadi sanaman jangkarang naranting mesin barani (macam-macam besi)
13.   Biji mata menjelma/ berubah (Basaluh) menjadi bua pinang sarayung lewu (buah pinang)
14.   Urat menjelma/ berubah (Basaluh) menjadi tengeng bulau sangkalemu (kulit kayu tingang)
15.   Darah putih menjelma/ berubah (Basaluh) menjadi minyak bakang haselan tingan (minyak lemak)
16.   Parang menjelma/ berubah (Basaluh) menjadi penjelmaan dari tulang rusuk yang menjelma menjadi berbagai macam besi.
17.     Tengkorak kepala menjelma/ berubah (Basaluh) menjadi supak/ gantang (tempurung kelapa yang digunakan untuk takaran beras).

Macam-Macam Upacara Manenung
Tenung Menggunakan Baliung (Mata Belayung), Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya baha Beliung (Mata Belayung/Kampak) merupakan penjelmaan atau perubahan dari Gigi Mangku Amat Sangen. Dalam cerita ini dimana Baliung (mata Belayung/ Kampak) digunakan sebagai pemberi arah (petunjuk) tentang sesuatu yang menjadi tujuan Manenung dan apabila tidak bergerak berarti arah yang dicari salah dan dapat diulang kembali dengan mencari tempat atau tujuan yang lain lagi, samapai ditemukan.
Manenung Menggunakan Pisih, Pisih adalah berasal dari penjelmaan / perubahan salah satu bulatan lutut (Sulah Utut) Mangku amat sangen yang digunakan sebagai sarana dalamk Manenung. Cara ini jarang digunakan, karena sarana seperti pisih sulit untuk dicari dan langka. Cara pelaksanaannya adalah sebuah sangku diisi dengan air yang bersih dan dicampur dengan abu (abu kapur), secukupnya dan selanjutnya pisih diletakan diatas sarung parang (kumpang pisau) yang sudah tersedia diatas sangku tersebut. Setelah dibacakan mantranya (nanturan) untuk merubah tulang bulatan lutut (sulah utut) menjadi piih, lalu pisih yang ada diatas sarung parang (kumpang pisau) dijatuhkan kedalam sangku dan sambil diaduk-aduk pakai sarung parang (kumpang pisau) oleh basir (Pandita) dan satu orang lain yang ada disekitar itu, untuk mencari pisih yang dianggap sebagai petunjuk (sebelahnya) yang telah ditentukan. Setelah mantra (Nanturan) selesai dibacakan langsung dicari pisih tersebut pakai tangan dan setelah ditemukan, pisih lalu diangkat untuk dilihat orang banyak dengan posisi yang tidak berubah dari dalam sangku untuk diperoleh hasilnya.
Manenung Menggunakan Supak/Gantang, Supak/ gantang (Tempurung Kelapa) adalah berasal dari penjelmaan/ perubahan kepala (tengkorak) Mangku Amat Sangen. Jadi sebagai pemberi petunjuk dalam pelaksanaan ini adalah supak/ gaqntang sendiri, Cara pelaksanaannya yaitu supak/ gantang diletakan diatas kalaya (Nyiru) dan diberikan beras sedikit diatasnya, supak atau gantang dalam keadaan telungkup kemudia satu orang duduk diatas supak/ gantang itu. Setelah selesai8 membacakan Mantra (Nanturan) suapak/ Gantang dengan sendirinya berputar walaupun ditahan oleh orang yang duduk diatasnya, akan tetapi apabila Manenung nya salah pada yang dituju supak/ Gantang akan tetap (tidak bergerak).
Manenung Menggunakan Rotan (Uwei), Uwei (Rotan) yaitu penjelmaan/perubahan dari rambut Mangku Amat Sangen, yang digunakan sebagai pemberi petunjuk. Cara pelaksanaannya yaitu Uwei (rotan) sebanyak 1 (satu) pucuk dengan panjang secukupnya dan rotan (uwei) tersebut diberikan tandanya dengan tali yang disebut tali tengang (Tali terbuat dari Kulit Kayu Tengang) tepat pada ukuran 1 (satu) depa. Setelah dibacakan mantra (Nanturan), maka apabila Manenung dengan tujuan yang tepat, maka posisi tali yang diikat tersebut akan bergeser lebih jauh dari 1 (satu) depa dan apabila tidak tepat pada tujuan, maka hasilnya akan tetap (tidak bergerak).
Manenung Menggunakan Parang (Pisau), Pisau (Parang) adalah penjelma/ perubahan dari tulang pinggang (Tulang Kahang) Mangku Amat Sangen yang menjadi bermacam-macam Sanaman (Besi) yang digunakan sebagai penunjuk arah dalam Manenung. Cara pelaksanaannya yaitu pisau (parang) dipegang oleh 1 (satu) orang dengan diletakan pada jari telunjuk tangan dengan posisi parang (pisau) terelentang seperti timbangan dan setelah dibacakan mantra (Nanturan) nya dan dipercikan dengan Air Tirta (Tampung Tawar) serta diasapi dengan garu (kemenyan) maka apabila tepat tujuan yang dituju parang (pisau) dengan sendirinya berputar dan apabila salah yang dituju Manenung nya maka parang tidak akan berputar dan parang tersebut tidak akan jatuh dari atas jari tangan orang yang memegangnya.

Dari beberapa cara Manenung yang diuraikan diatas masih terdapat cara-cara yang lain untuk Manenung.  Namun yang lazim digunakan selama ini seperti cara diatas. Cara-cara untuk Manenung tidak dapat digunakan apabila diluar atau lepas dari asal penjelmaan dari badan Mangku Amat Sangen.

No comments: