Gambar

Gambar
SELAMAT MEMBACA,HATAMUEI LINGGU NALANTAI HAPANGAJA KARENDEM MALEMPANG

07 November 2014

KETAN SEBAGAI BAHAN SESAJEN PADA UPACARA UMAT HINDU KAHARINGAN SUKU DAYAK NGAJU



K
etan yang dihasilkan dari panen padi ketan yang diperoleh dari perladangan orang dayak, biasanya setiap orang dayak membuka lahan untuk berladang mereka menyisihkan tempat khusus sebagai tempat untuk menanam ketan, ketan yang dipakai untuk sesaji biasanya dipilih ketan yang paling baik dan kebanyak ketan tersebut ditumbuk sendiri mengunakan halu bukan mengunakan mesin pengilingan yang ada sekarang.
Ketan dalam bahasa sangiang disebut Pulut Lumpung Penyang, ketan pada awalnya ada di alam atas merupakan ciptaan Ranying Hatalla dikarenakan pada saat Raja Bunu berada dialam Khayangan beliau tidak bisa tumbuh dan berkembang dengan memakan penginangan (menginang), maka diciptakanlah sebuah makan khusus untuk dirinya
disebuat tempat yang disebut  Lalang Tambagap Langit di Lewu Bukit Batu Nindan Tarung (Khayangan) sebagai bahan makannya, akan tetapi setalah Raja Bunu tidak lagi tinggal di Khayangan dan diturunkan ke Pantai Danum Kalinen (Dunia) maka makan yang ada di Lalang Tambagap Langit disisihkan untuk dibawa diturunkan kedunia, namun setelah sekian lama makan yang dibawa tersebut telah habis oleh demikian maka  Ranying Hatalla Langit dan Jatha Balawang Bulau melalui proses yang Panjang dengan Bantuan Raja Aking Penyang dan Putir Selung Tamang menurunkan beras dan ketan dengan Palangka Bulau Lambayung Nyahu dalam jumlah yang banyak yaitu tujuh Pati Bahandang Tabala Raja oleh demikian nama-nama padi pada Suku Dayak sangat beragam dan banyak, yang mana kemudian setelah beras dan ketan tersebut diterima oleh Raja Bunu dan keturunannya sebagian ditanam yang sekarang kita kenal dengan Ketan.
Pada umunya ketan dapat dijadikan berbagai makan tetapi umumnya memiliki dua fungsi yaitu sebagai bahan sesajen dan juga bahan makan sehari-hari.   
1)      Ketan Putih
Ketan putih untuk ketan sesajen seperti ketan yang dimaksud diatas, kemudian ketan tersebut di bersihkan dalam air (ngisai) setelah selesai maka ketan tersebut dimasukkan kedalam sebuah bambu yang biasanya dalam bahasa dayak katingan disebut asip, setelah selesai dimasukkan kedalam bambu lalu bambu tersebut dibakar pada perapian yang sudah disiapkan, sampai ketan tesebut masak setelah masak maka ketan tesebut diambil dari dalam bambu dengan cara membuang kulitnya lalu ketan dipotong-potong sesuai dengan besar piring tempat untuk menyajikannya, ketan disusun bertumpuk-tumpuk biasanya berjumlah tujuh atau nganjil setelah selesai diatasnya di tabur parutan kelapan yang dicampur dengan sedikit gula dan garam yang disebut iti hal itu sama juga pada ketan yang berwarna merah, setelah itu ditambah aksesoris lain yaitu balusuh dari kelapa yaitu irisan bulatan kepala selain itu juga ditambah satu buah telur ayam kampung yang bagian kulit atasnya dikupas sebagian, maka sudah siaplah ketan tersebut dijadikan sesajen.
Ketan putih digunakan untuk sesajen hampir semua kegiatan upacara umat Hindu Kaharingan, melambang hati yang bersih dan suci dalam melakukan ritual tersebut. Sehingga mempermudah seseorang dalam menyampaikan permohonannya.
2)      Ketan Merah
Cara pengolahan ketan merah sama dengan ketan putih yaitu dimasak dibambu dan disajikan dalam piring namun pada ketan merah sangat jarang diberikan balusuh dan telur ayam, hanya diberikan parutan kelapan, ketan merah melambangkan keberanian dan kemenangan dalam hal ini apa yang ingin dicapai oleh seseorang telah menjadi kenyataan, ketan merah pada umumnya disajikan jika sahur parapah tersebut adalah sahur parapah yang berada di alam atas.
3)      Ketan Hitam
Ketan hitam juga di masak serta disajikan dengan model yang sama dengan kedua ketan diatas, ketan hitam melambangkan bahwa seseorang telah melawan hal-hal yang kurang baik baik didalam dan diluar dirinya, ketan hitam ini melambangkan sesuatu yang negatif jadi ketan ini hanya disajikan pada ritual-ritual penetralan dari pengaruh-pengaruh roh aktif yang kurang baik seperti ganan lunuk, ganan kayu himba, nganan sial, dll
4)      Lamang
Lamang adalah bahan makanan yang terbuat dari ketan putih dan dimasak didalam bambu dengan metode yang sama seperti ketiga ketan diatas tetapi memiliki sedikit perbedaan sehingga menghasilkan rasa yang berbeda juga, lamang dalam bahasa sangiang disebut lamang tetek lawas pulut atau ada yang menyebutnya lamang panjang pada lamang ini didalam bambu tempat memasaknya dimasukkan daun pisang yang muda setelah itu ketan putih yang dimasukkan dicampur dengan santan kelapa yang sudah diberikan gula dan sedikit garam sehingga membuat ketan menjadi memiliki rasa yang khas, untuk menyajikan lamang sama halnya dengan ketan tetapi tidak diberikan parutan kelapa setelah lamang diambil dari bambu, daun pisang yang menempel tadi dilepas dan lamang disusun sama halnya dengan ketan***

No comments: