Gambar

Gambar
SELAMAT MEMBACA,HATAMUEI LINGGU NALANTAI HAPANGAJA KARENDEM MALEMPANG

14 July 2014

POTENSI WISATA BAUN BANGGO KATINGAN

Danau Jalan Pahangen Baun Bango

S
epanjang jalan dari arah Kereng Pangi menuju Baun Bango, tidak banyak permukiman penduduk yang kami temui. Hanya ada beberapa warung, yang mungkin berfungsi sebagai “rest area”. Semakin dekat menuju Baun Bango, kami menemukan permukiman transmigrasi. Beberapa Km setelah permukiman transmigrasi, kondisi jalan kemudian mulai membaik. Ternyata, kami mulai memasuki pusat kecamatan Kamipang. Lahan terbangun yang pertama ditemui adalah pusat perkantoran, yang pada saat kami kesana, perkantoran tersebut belum ditempati. Kemudian, semakin ke dalam mulailah ditemui banyak perumahan penduduk yang berjejer sepanjang jalan. Inilah Desa Baun Bango, sebagai ibukota Kecamatan Kamipang. Dan desa ini, adalah desa terakhir yang terdapat jaringan jalan darat. Untuk menuju desa-desa yang terletak di hilir, harus menggunakan alat transportasi sungai, yaitu perahu kelotok atau perahu ces (perahu kayu yang bermesin).
Sebagai ibukota kecamatan, pusat pelayanan berada di Baun Bango. Selain kantor kecamatan, terdapat kantor polisi, kantor koramil dan puskesmas rawat inap. Fasilitas pendidikan mulai dari SD, SMP dan SMK. Fasilitas perekonomian selain warung yang tersebar diantara rumah penduduk, terdapat satu unit pasar yang hanya beroperasi pada hari sabtu sore sampai malam minggu.
Beruntung saya bisa menyaksikan hiruk pikuk “pusat perbelanjaan” ala desa tersebut. Sejak sore masyarakat tua dan muda berbondong-bondong menuju pasar. Seperti halnya masyarakat kota yang harus ‘gaya’ menuju mal, masyarakat disana terutama anak-anak remaja juga ‘bergaya’ menuju pasar. Jenis barang yang dijual mulai dari sayur mayur, peralatan rumah tangga, baju, mainan anak-anak dan juga makanan. Ibu-ibu biasa berbelanja untuk stok satu minggu. Selain penduduk Baun Bango, pasar juga dipenuhi oleh para pekerja pabrik sawit yang berada di sekitar Baun Bango.
Penginapan di Baun Banggo

Terdapat satu penginapan dengan fasilitas yang sangat sederhana tetapi sangat bersih. Penginapan dua lantai ini menyediakan satu kamar besar di bawah dan 4 kamar di atas, ruang tamu dan ruang makan. Terdapat beranda yang menghadap ke Sungai Katingan. Seperti umumnya kebanyakan rumah penduduk, penginapan ini berbentuk rumah panggung. Walaupun sebagian besar rumah di Desa Baun Bango tidak memiliki MCK (penduduk memanfaatkan sungai untuk aktivitas ini), tetapi penginapan telah  menyediakan dua unit MCK.

Jumlah penduduk Baun Bango pada tahun 2013 yaitu 875 jiwa. Agama yang dianut penduduk yaitu islam, kristen dan hindu kaharingan. Mereka hidup harmonis berdampingan dan bebas beribadah di tempat ibadah masing-masing. Terdapat gereja, masjid dan balai basarah sebagai fasilitas ibadah. Berdasarkan data dalam Profil Kecamatan Kamipang Tahun 2013, agama kedua terbesar setelah Islam adalah Hindu Kaharingan. Jumlah penganut Hindu Kaharingan sekitar 157 orang. Kebetulan saya berkesempatan bersilaturahmi ke rumah Pak Jojon, seorang tokoh Hindu Kaharingan.
Rumah Pak Jojon, berbentuk rumah panggung seperti umumnya rumah penduduk Baun Bango. Hanya, rumah tersebut lebih tinggi dari rumah-rumah lainnya. Tingginya sekitar 2 meter. Material dinding terbuat dari kayu, begitu pula dengan lantai-nya. Hanya atap-nya saja sudah memakai material modern, yaitu seng, sudah tidak menggunakan atap rumbia. Terdapat beranda sebelum memasuki rumah. Ruang tamu berfungsi ganda sebagai ruang keluarga. Ini merupakan ruang terluas dibandingkan dengan ruang lainnya. Ruang tamu yang begitu luas tersebut, memiliki makna keterbukaan dan kebersamaan, sesuai karakter orang Dayak. Di bagian tengah merupakan ruang kamar tidur yang dibuat bersekat-sekat. Dapur merupakan ruangan paling belakang.
Kelotok Susur Sungai

Mata pencaharian sebagian besar penduduk Baun Bango adalah nelayan. Mereka biasa mencari ikan di sungai dan di danau-danau yang berada di sekitar sungai. Karena sungai merupakan bagian dari kehidupan, tidak pernah penduduk menggunakan bahan peledak untuk mendapatkan ikan. Mereka mencari ikan dengan cara yang sangat tradisional, memancing ikan dengan menggunakan perahu. Beberapa penduduk membudidayakan ikan menggunakan keramba di sungai. Uniknya, penduduk juga menggunakan jaring untuk menangkap ikan. Jaring tersebut disimpan di sungai atau di danau-danau. 

No comments: